Jakarta, 19 April 2025 – Batavia PIK bekerja sama dengan sutradara sekaligus penulis naskah kenamaan, mhyajo mempersembahkan “Batavia Tales” – sebuah pertunjukan musikal yang mengangkat kisah berlatar sejarah Batavia pada abad ke-19 yang dikemas dalam format tetralogi atau rangkaian empat cerita.
Pertunjukan ini terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya dan akan digelar secara reguler setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 19.00 WIB di Alun alun Batavia PIK, mulai 19 April 2025. Menghadirkan hiburan dengan pendekatan yang modern, Batavia Tales menjadi langkah awal pengembangan Batavia PIK sebagai wadah untuk melestarikan seni budaya Indonesia serta merayakan keberagaman.
Anwar Salim selaku Director of Operating Units Amantara, mengatakan: “Kawasan PIK kini telah menjadi salah satu wisata unggulan di Jakarta. Selain dikenal luas sebagai surga kuliner, kami juga ingin memperkenalkan PIK sebagai destinasi budaya, sehingga pengalaman pengunjung menjadi semakin kaya dan beragam. Melalui Batavia Tales, kami berharap dapat menghadirkan hiburan berkualitas yang dapat dinikmati oleh pengunjung dari berbagai kalangan dan usia.”
Batavia Tales terdiri dari empat episode yang menampilkan kisah delapan karakter fiksional yang terinspirasi dari kehidupan masyarakat di Batavia pada kurun waktu 1890 hingga 1910, tepatnya pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Masing-masing episode mengangkat perspektif unik dari tiap dua karakter utama dengan mengusung tema mulai dari percintaan, persahabatan, perjuangan, dan petualangan.
Episode perdana bertajuk “The Whispers of Batavia” membuka rangkaian cerita dengan kisah percintaan antara Ahmad Rahman Marzuki, seorang cendekiawan keturunan Aceh–Jazirah, dan Mei Lian Kang, wanita muda keturunan Tionghoa Indonesia. Keduanya memiliki harapan untuk bersama meskipun harus berhadapan dengan penolakan dari lingkungan, karena politik pemisahan antar etnis yang dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda sejak zaman VOC.
Melalui interaksi antar tokoh dan adegan, karya ini menggambarkan dinamika masyarakat Batavia dengan menyoroti percampuran budaya, kondisi sosial politik, perjuangan rakyat, hubungan antar kelas sosial, perlawanan terhadap kolonialisme, serta harapan akan kebebasan dan keadilan.
Nuansa historis dan kultural juga diperkaya melalui kehadiran simbol-simbol budaya seperti batik,
rijsttafel, dan barongan. Ketiga elemen ini tidak sekadar menjadi latar visual, tetapi juga
merepresentasikan identitas dan akulturasi budaya Nusantara. Selain itu, harmonisasi antara
aransemen musik dan koreografi turut memperkaya atmosfer pertunjukan yang menghidupkan setiap
adegan.
Sementara tiga episode selanjutnya—“Whimsical Batavia”, “Echoes of Batavia”, dan “Sailing of
Batavia”—menampilkan kisah yang dibalut dengan nuansa legenda Nusantara, semangat
nasionalisme, dan petualangan maritim. Seluruh episode disusun dengan narasi yang menggugah
rasa penasaran, didukung oleh visual yang memukau dan sentuhan artistik yang apik.
mhyajo selaku penulis dan sutradara Batavia Tales mengatakan: “Batavia Tales bukan sekadar
cerita yang terinspirasi dari masa lalu, tapi juga bagaimana kisah-kisah ini bisa relevan dan dapat
dinikmati oleh penonton lintas generasi. Melalui pertunjukan tetralogi ini, kami berharap agar nilai-nilai
sejarah dan budaya Nusantara dapat terus hidup dan dikenal.”
Ia juga menambahkan bahwa inspirasi pertunjukan ini sebagian besar lahir dari atmosfer khas Batavia
PIK itu sendiri. Sejumlah elemen seperti Jembatan Kota Intan, kanal-kanal dengan kapal yang
melintasi kawasan, replika Kapal Phinisi yang akan segera hadir, hingga Pasar Rakjat yang hangat dan
semarak menjadi sumber ide visual dan naratif dalam membangun semesta fiksi Batavia Tales.
Elemen-elemen ini tidak hanya memperkuat latar tempat, tetapi juga membangkitkan kembali imajinasi
tentang Batavia tempo dulu dengan pendekatan yang segar dan kontemporer.
Proses produksi Batavia Tales juga telah melalui perjalanan panjang. Dimulai sejak tahun 2024, proyek
kolaborasi ini diawali dengan riset latar belakang sejarah dan penulisan naskah yang kemudian
dilanjutkan dengan proses audisi dan pelatihan. Audisi dan workshop diselenggarakan secara terbuka
dan inklusif dengan fasilitas ruang latihan yang disediakan oleh Batavia PIK, sebagai bagian dari
komitmennya mendukung perkembangan seni budaya di Indonesia.
Adapun seniman yang terlibat dalam pertunjukan ini berasal dari berbagai provinsi di Indonesia seperti Jawa dan Sumatra. Batavia Tales juga menjadi awal dari rangkaian program seni dan budaya yang akan terus
dikembangkan secara berkelanjutan di Batavia PIK. Ke depannya, Batavia PIK diharapkan dapat menjadi ruang kolaboratif yang terkurasi bagi para pelaku seni untuk berkarya, berinovasi, dan memperkenalkan budaya Indonesia ke khalayak yang lebih luas.
“Amantara menghadirkan berbagai ruang dan sarana di mana warisan budaya Indonesia diadaptasi
secara modern untuk menginspirasi generasi masa kini. Melalui Batavia Tales, kami percaya bahwa
seni bisa menyatukan, memotivasi, dan membuka jalan bagi kolaborasi lintas budaya,” ujar Natalia
Kusumo selaku CEO Amantara – Agung Sedayu Group. Water Fountain Show yang Ikonik
Selama periode long weekend kali ini, Batavia PIK semakin semarak dengan hadirnya dancing water
show yang digelar di sepanjang Jembatan Kota Intan. Pertunjukan spektakuler ini berhasil menarik
perhatian lebih dari 40.000 wisatawan lokal dan mancanegara.
Menggabungkan keindahan tarian air mancur yang bergerak selaras dengan iringan musik dan permainan cahaya yang memukau, pertunjukan ini menjadi pembuka sempurna sebelum menikmati kisah magis dalam ‘Batavia Tales’.
Lebih dari sekadar hiburan, rangkaian acara ini turut memperkuat daya tarik Batavia PIK sebagai destinasi wisata budaya, rekreasi, dan kuliner yang berpadu dalam satu kawasan ikonik.
Rangkaian event ini pun menjadi pengingat bahwa setiap kunjungan ke Batavia PIK selalu penuh kejutan, pengalaman baru, dan cerita menarik yang menanti untuk dijelajahi.
