Menurut penelitian terbaru dari World Economic Forum yang bekerja sama dengan Zurich, menyimpulkan bahwa dampak inflasi yang cepat, krisis utang, dan krisis biaya hidup merupakan ancaman terbesar untuk melakukan bisnis di negara-negara anggota G20 pada dua tahun ke depan.
Hasil ‘Executive Opinion Survey’ tahun ini, didasarkan pada respon terhadap lebih dari 12.000 pemimpin bisnis dari 122 negara yang dilakukan antara April dan Agustus 2022, yang diterbitkan menjelang COP27 di Mesir dan KTT G20 di Bali, November ini.
Serupa dengan survei tahun lalu, para pemimpin bisnis di Indonesia masih mengidentifikasi krisis utang sebagai ancaman pertama yang dirasakan bisnis mereka pada tahun 2022. Hasilnya selaras dengan temuan di sebagian besar negara G20, di mana ditemukan bahwa para eksekutif memandang krisis utang dan inflasi, sebagai salah satu ancaman terbesar di negara mereka selama dua tahun ke depan.
Namun, menarik untuk dicatat bahwa sementara risiko ekonomi menjadi perhatian utama di Indonesia, konflik antarnegara dan kontestasi geopolitik sumber daya strategis (risiko terkait geopolitik), dan ketimpangan layanan digital (risiko teknologi) juga masuk ke dalam 5 resiko terbesar di antara para pemimpin bisnis di Indonesia.
Bahkan, konflik antarnegara dan inflasi yang cepat berada di peringkat kedua dalam daftar. Korelasi antara ekonomi, geopolitik, dan teknologi mendominasi risiko di antara para pemimpin bisnis di Indonesia, seraya mereka mengatasi kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi, mengintensifkan hubungan antarnegara, dan transformasi digital yang cepat di seluruh sektor bisnis.
Sementara itu, di negara-negara G20 lainnya, kontestasi geopolitik, konflik antarnegara, dan ketimpangan digital dianggap sebagai risiko utama hanya di segelintir negara. Ketimpangan digital sebagai ancaman utama hanya ada di Indonesia dan India.
Ini mungkin terkait dengan fakta bahwa kedua negara mengalami akselerasi digitalisasi yang cepat di berbagai sektor.
Chief Risk Officer Zurich Indonesia – Wayan Pariama mengatakan, “Hasil survei tahun ini cukup berbeda dibandingkan hasil tahun 2021, khususnya di bidang ketimpangan digital dimana pada survei tahun lalu kategori digital tidak muncul sebagai kategori teratas, namun bukan hal mengejutkan muncul di tahun ini, karena Indonesia sekarang berada pada tahap percepatan pembangunan infrastruktur digital untuk menawarkan layanan digital yang merata dan mendukung transformasi digital.”
“Sebagai perusahaan asuransi terkemuka di Indonesia, Zurich selalu berusaha untuk memainkan peran besar untuk melindungi masyarakat dan bisnis dari risiko dan meningkatkan ketahanan mereka. Wawasan membantu kami dalam membangun proposisi yang lebih baik dan melindungi masyarakat Indonesia dan bisnis mereka lebih baik di masa depan,” demikian jelas Wayan Pariama.