Sejak didirikan pada Mei 1990 oleh Hermawan Kertajaya, MarkPlus secara konsisten terus mengembangkan lini bisnis perusahaan di bidang konsultasi, riset pemasaran, edukasi dan media serta komunitas. Saat ini, MarkPlus telah tumbuh menjadi perusahaan konsultan terdepan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara. MarkPlus terus dipercaya sebagai penasihat yang kompeten dalam strategi dan pemasaran untuk bisnis dan institusi di wilayah tersebut.
CEO MarkPlus, Iwan Setiawan menjelaskan bahwa bisnis MarkPlus dibagi dua yaitu MarkPlus Incorporated (Markplus Inc.) dan Marketieers. MarkPlus Inc. merupakan perusahaan professional services dengan bidang usaha konsultasi, riset pemasaran, dan training. Sementara Marketieers bergerak di bidang media seperti majalah, komunitas, serta MICE (Meetings, incentives, conferencing, exhibitions).
“Kita bikin banyak event baik untuk MarkPlus maupun berbagai perusahaan klien. Kita juga punya Marketieers.com yang terdiri dari website, Marketieers TV, hingga Marketieers Shop untuk berjualan retail, merchandise, dan tiket event,” kata Iwan, belum lama ini.
Lebih lanjut Iwan menerangkan bahwa ada lima sektor utama yang ditangani oleh MarkPlus. Sektor pertama adalah automotive, transportation, and logistics termasuk diantaranya perusahaan otomotif roda dua dan roda empat; perusahaan tranportasi darat, laut, dan udara; serta perusahaan logistik.
Sektor kedua adalah financial services industry termasuk di dalamnya bank, perusahaan asuransi, multi finance, serta lembaga pemerintah yang menangani regulasi keuangan seperti Bank Indonesia dan Ototitas Jasa Keuangan. Sektor ketiga adalah healthcare, property, and consumer termasuk di dalamnya ada perusahaan telekomunikasi dan perusahaan seluler.
Sektor keempat adalah resources, infrastructure and utilities termasuk diantaranya perusahaan tambang, perusahaan konstruksi, dan lain-lain. Sementara sektor kelima adalah government and public services seperti pemerintah pusat, kementerian/lembaga, pemerintah daerah, kepolisian dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Bertahan di Tengah Pandemi
Awal pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia pada Maret 2021 berdampak pada lini bisnis MarkPlus. Namun, MarkPlus perlahan bangkit dan bisa bertahan melalui transformasi digital.
Iwan mengungkapkan, awal pandemi merupakan periode adaptasi yang cukup berat. Ada cukup banyak gangguan yang dirasakan MarkPlus seperti banyaknya event yang ditunda bahkan dibatalkan.
“Tiap tahun kita biasanya ada belasan event, tapi sejak Maret 2020 banyak yang ditunda bahkan ada yang minta di-cancel oleh beberapa sponsor. Tantangannya cukup besar,” kata Iwan yang bergabung dengan MarkPlus sejak 2004.
Dari sisi professional services juga mengalami hal serupa. Banyak training yang ditunda oleh perusahaan klien. Tetapi bisnis consulting dan market research bisa terus berjalan karena tidak banyak pendekatan tatap mukanya. “Meski begitu, market research cukup terganggu, karena biasanya ada wawancara tatap muka dengan responden,” imbuhnya.
MarkPlus kemudian mulai beradaptasi dengan pandemi. Beberapa event dan training kemudian diubah menjadi daring/online. Pihaknya mulai menggunakan beberapa platform digital untuk melakukan training. Market Reseach yang biasanya dilakukan secara tatap muka pun bertransformasi menjadi research berbasis online.
“Kita terus mengikuti perkembangan teknologi apa yang bisa kita manfaatkan untuk operational life. Tahun 2020 menjadi masa survival period bagi kita. Sementara services-nya tetap jalan, klien tetap banyak yang menggunakan jasa-jasa yang kita sediakan,” tutur Iwan.
Memasuki tahun 2021, seiring dengan bisnis klien yang mulai membaik di berbagai sektor, MarkPlus juga ikut membaik. Menurut Iwan, professional services sejalan dari apa yang dirasakan oleh klien, jika klien pertumbuhan bisnisnya baik maka penyedia layanan untuk mereka bisnisnya juga ikut baik.
“Kalau mereka mulai mengejar pertumbuhan lagi, maka kita akan tumbuh juga. Itu sejalan dengan bisnis klien-klien kita yang portofolionya cukup banyak dari lintas industri. Jadi ada yang industrinya terganggu seperti otomotif. Sementara ada juga industri yang meningkat seperti healthcare. Ada juga yang standar-standar saja, tidak ada peningkatan yang signifikan seperti perbankan dan lain-lain,” terangnya.
Karena memiliki klien lintas industri, lanjut Iwan, maka pertumbuhan MarkPlus bisa dibilang gabungan dari kecepatan recovery dari klien-klien MarkPlus. Iwan memandang, pada 2021 pelaku bisnis mulai beradaptasi dan mulai kembali mendekati normal meski belum 100 persen.
“Klien-klien kita sudah mulai lelah mungkin untuk pasif, jadi mereka cukup proaktif untuk mulai tumbuh lagi. Itu membuat kinerja kita juga ikut membaik,” kata Iwan.
Sebagai konsultan bisnis, Markplus juga ikut membantu klien agar bisa bertahan di tengah pandemi. Tak hanya bertahan dalam jangka pendek tetapi lebih penting bagaimana memposisikan ataumenempatkan perusahaan agar bisa bersaing di masa depan.
“Semua itu harus dipersiapkan agar setelah pandemi berakhir, kita bisa lebih lari pertumbuhannya. Itu yang kita siapkan untuk sebagian besar klien kita. Jadi tidak hanya short term recovery tetapi secara jangka panjang untuk lebih kompetitif,” terangnya.
Lebih Adaptif dengan Transformasi Digital
Salah satu kunci sukses agar perusahaan bisa beradaptasi semasa pandemi adalah transformasi digital. Menurut Iwan, pandemi telah “memaksa” perusahaan untuk melakukan transformasi digital. Customer experience semakin digital sehingga secara otomatis perusahaan harus mendigitalisasi dirinya. Transformasi digital dilakukan untuk proses-proses bisnis yang berhadapan langsung dengan pekanggan maupun secara internal karena aktivitas kantor tidak bisa 100 persen.
“Jadi tidak hanya digitalisasi dalam proses marketing, sales atau bisnis tapi juga internal supaya kolaborasi antara karyawan tetap terjadi meskipun ada kesulitan untuk ke kantor. Kalau PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) sudah direlaksasi, saya lihat akan banyak company yang hybrid model kerjanya. Karyawan tetap ke kantor tetapi banyak menggunakan online meeting atau collaborative tools untuk bekerja di internal,” kata Iwan.
Selain transformasi digital dari sisi informasi teknologi, menurut Iwan yang terpenting adalah transformasi dari orang-orangnya atau human transformation. Mindset manusia juga harus berubah sehingga tidak sulit mengikuti perkembangan zaman sehingga bisa mengadopsi teknologi dan tidak ketinggalan dibandingkan orang lain.
“Otomatis kalau sudah mengadopsi teknologi akan lebih kompetitif. Kalau pandemi sudah selesai akan menjadi kebiasaan bahwa interaksi kita dengan pelanggan tetap ada elemen digitalnya agar bisa bertahan secara permanen,” imbuhnya.
Terkait kesiapan sumber daya manusia (SDM), Iwan melihat bahwa SDM di perusahaan-perusahaan sudah bisa beradaptasi meskipun awalnya karena ada keterpaksaan. Pandemi sifatnya lebih memaksa, proses adaptasi menjadi lebih cepat daripada sebelumnya. Klien-klien MarkPlus pun sudah terbiasa meeting online dan terbiasa mempercayai survei yang dilakukan secara daring. Training-training bisa dilakukan secara hybrid, sebagian peserta masuk kelas dan sebagian peserta mengikuti melalui e-learning platform.
“Tadinya mungkin mereka malas kalau belajar secara online, senangnya ketemu tatap muka. Sekarang sudah mulai sudah menerima. Mungkin awalnya karena keterpaksaan untuk menjaga protokol kesehatan sesuai relugasi dari pemerintah sehingga mereka mulai menggunakan berbagai alternatif untuk proses bisnis yang lebih digital,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, Iwan mengungkapkan kita sukses MarkPlus yang terus bertahan hingga 31 tahun. Selain beradaptasi dengan lingkungan bisnis melalui beberapa pendekatan, MarkPlus selalu menggunakan konsep-konsep yang dikembangkan secara internal. Hal itu menjadi salah satu keunikan dari MarkPlus.
Service level dan reputasi MarkPlus juga dikenal baik oleh klien. MarkPlus selalu memberikan dampak positif bagi klien. Jumlah klien yang kembali menggunakan jasa MarkPlus secara berulang kali (repeat client) juga cukup banyak.
“Pemain di industri ini itu-itu saja, kalau reputasi kita buruk, klien tidak akan balik lagi dan lama kelamaan tidak punya klien. Service level selalu kita jaga sehingga klien selalu nyaman dengan layanan kita dan merasa kita punya impact yang bagus ke kinerja mereka,” ungkap Iwan.
Selain mempertahankan klien, MarkPlus juga sangat fokus pada akuisisi klien baru yang belum pernah menggunakan jasa MarkPlus melalui berbagai pendekatan. Berbatai event yang kita laksanakan MarkPlus menjadi semacam showcase/display dari kemampuan yang dimiliki MarkPlus.
“Klien bisa lihat bahwa MarkPlus ini sangat paham digital marketing dan branding, sehingga kita punya persepsi yang positif di mata perusahaan yang belum menjadi klien kita sehingga mereka mau mencoba menggunakan layanan kita,” pungkasnya.