Tech in Asia, salah satu platform media online terkemuka di Asia Tenggara yang berfokus pada berita dan analisis industri teknologi dan startup di Asia, baru saja merilis laporan ‘SEA to the Future: The 2024 Tech In Asia Conference Report’.
Laporan ini mengulas kondisi industri menjelang edisi ke-13 dari konferensi utama tahunan Tech in Asia Conference 2024. Acara ini diselenggarakan bersama oleh The Business Times, media bisnis terkemuka di Singapura, dan akan diadakan di Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta pada 23-24 Oktober 2024.
Laporan tersebut menyoroti: 1. FinTech dan e-commerce secara konsisten menjadi sektor dengan pendanaan tertinggi di Asia Tenggara selama 5 tahun terakhir, 2. Di sektor FinTech, uang tunai tak lagi menjadi andalan di Asia Tenggara. Pembayaran digital telah memainkan peran penting dalam meningkatkan inklusi keuangan. Langkah berikutnya adalah memanfaatkan teknologi untuk mendorong inovasi di sektor pinjaman/kredit, asuransi, dan investasi. 3. Di Asia Tenggara, kecerdasan buatan (AI) diprediksi dapat menyumbang US$1 triliun bagi ekonomi kawasan pada tahun 2030, menurut riset Kearney. 4. Teknologi iklim dan cleantech mengalami peningkatan minat yang signifikan, terutama tahun lalu, seiring dengan meningkatnya permintaan energi dan emisi di kawasan ini. Namun, masih banyak yang harus dilakukan agar teknologi iklim bisa berkembang di Asia Tenggara. 5. “Exit” bisnis masih menjadi tantangan di Asia Tenggara, di mana kawasan ini membutuhkan lebih banyak keberhasilan dalam hal ini untuk memperkuat statusnya sebagai ekosistem teknologi yang berkembang. 6. Profitabilitas juga masih menjadi pertanyaan. Perusahaan teknologi di Asia Tenggara, terutama yang sudah terdaftar secara publik, perlu menunjukan keseimbangan antara pertumbuhan dan keuntungan agar dapat membuktikan bahwa kawasan ini mampu melahirkan perusahaan teknologi yang menguntungkan dan memberikan hasil yang konsisten bagi para investor
Menurut laporan tersebut, Asia Tenggara dengan populasi lebih dari 600 juta individu yang terampil dalam teknologi, tetap menjadi sorotan dalam lanskap teknologi global. Selain itu, ekonomi digital Asia Tenggara mendapatkan pencapaian yang signifikan pada tahun 2023, dengan total pendapatan yang melampaui US$100 miliar di seluruh sektor.
Lanskap e-commerce di Asia Tenggara tetap dinamis. Raksasa regional seperti Shopee dan Lazada, serta pemain lokal seperti Tokopedia dan Bukalapak, terus bersaing untuk meraih pangsa pasar. Sementara itu, munculnya social commerce, terutama bagi kalangan usaha kecil, menjadi tren yang semakin berkembang. Tren baru lainnya di pasar seperti Indonesia, termasuk live commerce dan retail baru (yang menggabungkan pendekatan offline dan online), muncul sebagai metode efektif bagi merek direct to consumer (D2C) untuk menjangkau konsumen mereka.
Tema Tech in Asia Conference tahun ini, “Jakarta, The Heart of Southeast Asia’s Tech Future,” menjadikan Jakarta, pusat ekonomi Indonesia, sebagai sorotan utama dalam ekosistem teknologi yang berkembang pesat di Asia Tenggara, didorong oleh energi dan antusiasme yang besar. Tech in Asia Conference 2024 di Jakarta bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan inovasi di kawasan ini dengan menampilkan keahlian teknologi terbaik. Di tengah tantangan “tech winter,” konferensi ini juga berfokus mendukung bisnis yang berkelanjutan. Peserta akan memiliki kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan acara, membangun jaringan, berkolaborasi, dan membuka peluang baru.
“Ekosistem teknologi yang berkembang pesat di Jakarta menjadi pendorong utama transformasi digital di Asia Tenggara. Konferensi tahun ini akan berfungsi sebagai katalisator untuk inovasi, kolaborasi, dan investasi, yang akan membentuk masa depan teknologi di kawasan ini. Meskipun industri menghadapi periode yang menantang, penting untuk dicatat bahwa lanskap teknologi secara keseluruhan tetap tangguh. Walaupun ada tantangan jangka pendek, seperti penurunan pendanaan swasta untuk startup dan pergeseran fokus menuju profitabilitas di antara perusahaan teknologi besar, potensi jangka panjang Asia Tenggara untuk pertumbuhan dan inovasi tetap kuat. Oleh karena itu, kami yakin kawasan ini akan melewati masa sulit ini dan muncul lebih kuat.” kata Maria Li, Chief Operating Officer Tech in Asia.
Pembicara dan sesi utama mencakup Gibran Huzaifah, CEO eFishery, yang akan berbagi pengalaman tentang cara menciptakan unicorn agritech pertama di Asia Tenggara. Hans Patuwo, COO GoTo, akan memberikan pandangannya tentang mengarungi merger besar dan IPO perusahaan. Pandu Sjahrir, Co-CEO PT TBS Energi Utama Tbk juga akan terlibat dalam diskusi panel tentang potensi pertumbuhan industri Electric Vehicle (EV) di Asia Tenggara.
Konferensi tahun ini memberikan kesempatan unik bagi peserta untuk terhubung dan berkolaborasi melalui acara ‘Strategic Networking’ yang menarik, serta ‘Startup Arena’ yang sangat dinantikan. Lima startup terpilih dari Asia Tenggara akan bersaing dalam pitch battle langsung, yang akan dinilai berdasarkan masalah yang ditargetkan, solusi, skala, tim, model bisnis, inovasi, dan eksekusi. Untuk berpartisipasi, startup harus berbasis di Asia Tenggara, memiliki prototipe, operasi, atau Minimum Viable Product (MVP), dan telah mengumpulkan dana kurang dari $10 juta.