Hamparan panel surya di atas bukit tersaji saat pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Messah, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Sebanyak 1.102 panel surya berkapasitas 530 kilo watt peak (kWp) menyelimuti area perbukitan seluas 7.500 meter persegi.
Ditopang 590 buah baterai, 27 unit solar inverter dan 5 unit bidirectonal inverter, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pulau Messah mampu melistriki 467 pelanggan dari empat jenis, yaitu rumah tangga (R1 dan R2), binis (B1) dan sosial (S1). Kehadiran ladang panel surya ini dirasakan betul oleh masyarakat setempat. Haji Basgun (51 Tahun) menceritakan kondisi Pulau Messah sebelum adanya aliran setrum listrik dari tenaga matahari.
“Kami harus ke Labuan Bajo untuk cari tempat penyimpanan es (cold storage). Kita butuh uang lagi sekitar 200 ribu untuk solar, belum termasuk harga es. Manfaat listrik surya ini luar biasa, saya rasakan sendiri,” ungkap Basgun yang berprofesi sebagai nelayan, pada Selasa, 21 Juni 2022.
Pria beranak empat tersebut juga mengungkapkan bagaimana anak-anak Pulau Messah memanfaatkan lentera sebagai media belajar di malam hari hari sebelum adanya PLTS Messah. “Anak-anak pakai lentera atau genset, tapi tidak sampai larut malam. Mereka mau belajar sampai jam 10 – 11 tidak bisa,” kenang Basgun.
Perangkat teknologi komunikasi juga mulai banyak dimanfaatkan sebagai media telekomunikasi semenjak dibangunnya PLTS Messah oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).“Dulu hampir tidak ada orang punya hand phone karena susah kalau mati baterai, sekarang anak tujuh tahun saja sudah punya hand phone. Sekarang kami merasa hidup seperti di kota,” ungkap Basgun.
Jauh sebelum adanya aliran listrik, Pulau Messah digambarkan sebagai pulau mati oleh Basgun. “Dulu seperti pulau mati, gelap, banyak kejahatan. Alhamdulillah sekarang di setiap lorong susah melalukan kejahatan pencurian karena sudah terang. Terasa banget manfaat PLTS Messah ini,” cerita Basgun.
Senada dengan Basgun, Jukri (52 tahun) menuturkan masyarakat harus rela patungan membeli listrik dari perusahaan swasta untuk menyewa mesin diesel.“Masyarakat barengan sewa mesin diesel untuk 10 – 20 rumah. Bayar 10 – 15 ribu per malam. Makanya kita senang tidak perlu berbayar lagi dengan adanya PLTS ini,” ungkapnya.
Jukri pun menuturkan kehadiran PLTS Messah ini sudah ada sejak 2019. Ia merasa kualitas penerangan di wilayah setempat jauh lebih baik buat rumah tangga dan keberlangsungan usaha.Memang, genset menjadi sumber utama listrik sebelum adanya pembangkit berbasis tenaga surya. Hanya berpenghasilan tinggi yang dapat menikmati listrik. Bagi warga yang ingin menikmati listrik bisa membeli ke warga yang punya genset.“Itu pun masih dibatasi oleh yang punya genset takutnya tidak kuat, hanya lima rumah untuk satu genset,” tutur Vidia (19 tahun).
Hal ini juga dirasakan langsung oleh Ragil (28 tahun). Ia merasa perbedaan kondisi yang signifikan usai adanya PLTS Messah. “Masyarakat terbantu, pulau menjadi lebih terang,” ungkapnya.PLTS Messah sudah memproduksi energi sebesar 497.884 kWh sejak beroperasi Oktober 2019. PLTS ini merupakan bagian dari PLTS komunal milik Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Flores PT PLN.
Saat ini, terdapat beberapa sebaran PLTS komunal di UPK Flores yang tersebar di pulau – pulau terpencil, yaitu PLTS Palue berkapasitas 760 kWp, PLTS Messah berkapasitas 530 kWp, PLTS Gunung 490 kWp, PLTS Golo Lebo 440 kWp, PLTS Parumaan 420 kWp, PLTS Papagarang 380 kWp.
Selain itu ada PLTS Nuca Molas berkapasitas 380 kWp, PLTS Wontong 320 kWp, PLTS Nangabere 270 kWp, PLTS Mbakung 260 kWp, PLTS Kebirangga Selatan 200 kWp, PLTS Ranakulan 190 kWp, PLTS Seraya 190 kWp, PLTS Kakasewa 140 kWp, PLTS Batu Tiga 120 kWp, PLTS Legur Lai 150 kWp, dan PLTS Kalelu 100 kWp.
Berdasarkan data PLN, bauran energi dari pembangkit EBT UPK Flores sebesar 24% (Januari – Mei 2022) atau 35,599 GWh ekuivalen dengan 9.503.760 liter High Speed Diesel (HSD). Sebagai informasi, Pulau Messah merupakan bagian dari lokasi kunjungan para delegasi the 2nd Energy Transitions Working Group (ETWG) yang akan dilaksanakan pada 25 Juni 2022.