BusinessAsia Indonesia -Harga sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan bahkan hilang di pasar jelang Ramadhan dan Idul Fitri 1443 H seperti minyak goreng sejak Januari 2022.
Padahal, sebanyak 415.787 ton minyak goreng telah didistribusikan ke pasar dari skema Domestic Market Obligation (DMO) hingga 8 Maret 2022.
Namun, masyarakat masih harus antre di Indonesia seperti di Jakarta termasuk wilayah Tebet, Jakarta Selatan sejak pagi. Ibu-ibu harus mendatangi Markas Polsek Tebet di Jalan Dr. Soepomo, sebagai salah satu titik Operasi Pasar (OP) minyak goreng.
Dengan demikian, distribusi minyak goreng terindikasi dirusak, dihambat, dan ditimbun sehingga sebagian besar produk tidak sampai di pasar. Hal ini didasarkan pernyataan pemerintah bahwa stok minyak goreng melimpah.
Tim Satgas Pangan sudah menemukan penimbunan 1,1 juta liter minyak goreng di Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Kemudian, di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel) sebanyak 31.320 liter minyak goreng dari berbagai merek.
Para spekulan menimbun minyak goreng untuk mencari untung saat harga melonjak yang mesti ditindak tegas oleh pemerintah, tapi ini terkesan lemah menghadapinya.
Bahan-bahan pokok lainnya yang mengalami kenaikan harga seperti gula, tempe, dan tahu juga mengalami kondisi serupa.
Harga gula telah merangkak naik sejak pekan kedua Februari 2022 hingga pekan kedua Maret 2022. Sekarang harga gula sebesar Rp14.000-Rp15.000 per kg dari Rp12.000-Rp13.000 .
Komoditas lainnya yang mengalami kenaikan adalah kedelai sebagai bahan pembuat tempe menjadi Rp12.000 per kg dari Rp11.300. Dari berbagai kenaikan harga bahan pokok terlihat menteri-menteri ekonomi tidak berbuat banyak.