PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) merupakan subholding PT PLN (Persero) yang berfungsi sebagai single supplier untuk pasokan energi primer bagi PLN Grup. Mulai beroperasi pada 1 Januari 2024, PLN EPI memiliki enam anak perusahaan untuk pemenuhan energi primer bagi pembangkit tenaga listrik yang terintegrasi dari hulu ke hilir.
Untuk mengatur pasokan energi primer secara presisi, transparansi, dan akuntabilitas yang lebih baik, PLN EPI mengembangkan platform Pusat Pengelola Energi Primer (P2EP). Proses tansformasi digital ini mengantarkan PLN EPI meraih tiga penghargaan bergengsi di ajang Indonesia Digital Innovation & Achievement Awards (IDIA) 2024, yang diselenggarakan oleh Business Asia Indonesia.
Vice President Teknologi Informasi dan Digitalisasi PLN EPI, Adelaido Sufit mengatakan pasokan energi primer yang dikelola PLN EPI terbilang masif karena 60 persen dari belanja modal PLN setiap tahun adalah untuk energi primer dengan nominal sekitar Rp180 triliun.
Untuk mendukung operasional perusahaan, PLN EPI mengembangkan tata kelola teknologi informasi (TI) sejak tahun 2023. Untuk IT Maturity level, PLN EPI sudah melakukan asesmen pada 2023 dan meningkat di asesmen kedua tahun 2024.
“Bersama BSSN kita juga melakukan asesmen untuk penanganan insiden yang nilainya meningkat untuk tahun 2024. Kita bersama BSSN baru saja melakukan cyber security maturity assessment dengan skor 3.61 atau berada di kategori terkelola,” ujar Adelaido dalam penjurian IDIA 2024.
PLN EPI telah mendapatkan sertifikasi ISO 27001-2013 untuk Information Security Management System sejak 2023 dan telah diresertifikasi di 2024. PLN EPI juga sudah melaksanakan kewajiban untuk implementasi Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP).
Adelaido menjelaskan, pada umumnya digitalisasi dilakukan secara serial, mulai dari digitalisasi, selanjutnya integrasi, adopsi AI dan lain-lain. “Namun karena PLN EPI pembentukannya dari beberapa entitas yang sebelumnya sudah ada, maka tiga hal tersebut dilakukan bersama-sama karena tingkat maturity pengelolaan setiap jenis energi primer berbeda,” terangnya.
Untuk itu, PLN EPI mengembangkan Pusat Pengelola Energi Primer (P2EP), sebuah solusi digital untuk mengoptimalkan pengelolaan energi di seluruh PLN Group dengan memanfaatkan big data analytics, artificial intelligence (AI), machine learning, dan blockchain.
Platform ini menyatukan data dari berbagai aplikasi untuk memastikan perencanaan energi yang efektif dengan menitikberatkan pada security of supply, cost efficiency, fuelmix, dan decarbonization yang menjadikan P2EP solusi andal dalam pengelolaan energi masa depan.
Adelaido mengatakan bahwa P2EP yang terkonsolidasi di PLN EPI mampu menciptakan efisiensi dan value creation lebih besar yang memberikan alternatif solusi terintegrasi kepada mitra/pelanggan secara terintegrasi dari hulu ke hilir.
“P2EP fungsi utamanya untuk perencanaan pasokan energi primer dengan menggunakan algoritma optimasi serta machine learning sekaligus mengimplementasikan blockchain untuk validasi datanya,” tuturnya.
P2EP mulai dikembangkan pada 2023 dimulai dari fase pertama melalui pengembangan algoritma bekerja sama dengan UGM serta Puslitbang PLN. Pada 2024, ada penambahan blockchain dan kontrak manajemen. Tahun depan, pihaknya akan memasukkan fitur fitur yang lebih ekstensif.
“Jadi yang disebut P2EP itu adalah keseluruhan sistem sistem yang digunakan untuk mengelola energi primer dengan sistem utamanya yaitu perencanaan dilanjutkan dengan sistem operasinya,” terang Adelaido.
Lebih lanjut, Asisten Manajer untuk Data Analitik, Choirul Burhan menerangkan bahwa P2EP terbagi ke dalam dua fitur besar yaitu Optimization Engine dan Integrated Dashboard. Optimization Engine dibagi ke dalam semua molekul energi primer yaitu batubara, biomassa, gas, bbm, serta fuel mix.
Sementara Integrated Dashboard dibagi dalam tiga poin yaitu Model Output, Power Plant dan Executive Summary. “Executive Summary ini kami gunakan untuk menampilkan visualisasi sebagai konsumsi untuk manajemen level yang lebih tinggi,” terang Burhan.
Berbagai teknologi yang digunakan di dalam P2EP antara lain Snowflake yang memiliki beberapa keunggulan yaitu platform data stored yang ter-sentralized, fast query processing, automatic scalability, memisahkan antara komputasi dan penyimpanan, serta memiliki standar keamanan yang advance.
P2EP menggunakan dbt untuk transformasi data dengan struktur modern. Sementara untuk mengorkestrasi semuanya baik di sisi big data maupun power plant, P2EP menggunakan Apache Airflow untuk melihat visualisasi alur kerja.
“Kami juga bisa mendetailkan apa saja job atau scheduling yang akan membawa data ini sampai dengan siap dikonsumsi oleh modelling dan algoritma,” imbuhnya.
Untuk data processing, P2EP menggunakan Snowpark yang merupakan framework dari Snowflake yang memungkinkan kita menulis logika pemrosesan data dan machine learning menggunakan berbagai bahasa pemograman. P2EP juga menggunakan AutoGluon untuk menghitung delivery time dari pemasok batu bara hingga sampai ke pembangkit.
Burhan menyampaikan bahwa P2EP bukan merupakan aplikasi yang sifatnya transaksional tapi merupakan sebuah platform big data yang bersumber dari aplikasi transaksional seperti Batubara Online (BBO), Gas Bahan Bakar Minyak Online (GBMO), serta Sistem Informasi Laporan Manajemen (SILM).
“Data-data ini kita integrasikan ke big data PLN, lalu kita kumpulkan beserta data-data yang kami miliki ditambah data eksternal, lalu kita inject ke dalam Snowflake untuk diproses hingga data itu siap masuk ke dalam machine learning dan dikeluarkan menjadi bentuk visualisasi,” terang Burhan.
Melalui pemanfaatan teknologi ini, distribusi energi dapat diatur dengan presisi, transparansi, dan akuntabilitas yang lebih baik. Langkah ini tidak hanya memastikan ketersediaan energi untuk seluruh pembangkit PLN Grup, tetapi juga meningkatkan keandalan dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.