Businessasia.co.id – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menginformasikan perkembangan penerbitan pasar surat utang korporasi nasional periode semester I 2025.
Dalam paparannya, Direktur Utama Pefindo, Irmawati Amran mengungkapkan aksi penerbitan surat utang korporasi nasional selama semester I 2025, mengalami peningkatan signifikan ketimbang periode yang sama di tahun lalu.
“Aksi penerbitan surat utang korporasi di Indonesia selama semester I tahun 2025 jauh lebih aktif dibandingkan tahun 2024,” sebut Irmawati dalam acara media forum Pefindo yang dilakukan secara virtual, Selasa, 8 Juli 2025.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, aksi penerbitan obligasi atau surat utang di Juni 2025 telah mencapai Rp30,95 triliun, yang adalah rekor dalam aksi penerbitan obligasi selama satu bulan. Sementara itu, di bulan Maret 2025, nilai penerbitan surat utang korporasi di Indonesia turut mencapai nilai yang tinggi, yakni sebesar Rp25,14 triliun.
Sedangkan secara total selama semester I 2025, nilai surat utang korporasi yang diterbitkan mencapai Rp90,90 triliun atau meningkat 48,31 persen secara tahunan ketimbang semester I 2024 yang sebesar Rp61,29 triliun.
“Jadi, semester I tahun ini aktivitas perdagangan atau aktivitas penerbitan surat utang sangat baik kalau kita bandingkan dengan tahun lalu,” ujarnya.
Beberapa sektor tercatat mendominasi penerbitan surat utang korporasi di Indonesia selama periode semester I 2025. Pertama, dengan aksi penerbitan obligasi terbanyak dari sektor industri pulp dan kertas dengan nilai total Rp20 triliun.
Diikuti sektor multifinance dengan nilai total sebesar Rp17,83 triliun, perbankan sebesar Rp15,50 triliun dengan rincian BUMN sebesar Rp15 triliun dan non-BUMN sebesar Rp500 miliar.
Lalu, di posisi berikutnya ada sektor pertambangan yang merilis surat utang senilai Rp11,85 triliun, serta pembiayaan non-multifinance yang merilis nilai total surat utang sebesar Rp8,32 triliun.
Dari sisi penerbitan dan outstanding surat utang korporasi, Irmawati menerangkan bahwa total surat utang korporasi yang masih outstanding ialah sebesar Rp550 triliun hingga semester I 2025.
“Dengan penambahan surat utang baru di semester I 2025 sebesar Rp90,90 triliun, kalau dihitung ini jatuh temponya di semester I sebesar Rp62,1 triliun. Maka, bila dilihat pertumbuhan surat utang korporasi terlihat flat ya,” kata Irma.
Irma pun menyatakan, pertumbuhan surat utang korporasi nasional yang masih flat tersebut menunjukkan masih adanya ruang yang cukup besar bagi surat utang korporasi di Indonesia untuk terus bertumbuh.
“Karena kita lihat masih banyak ya dana kelolaan investor-investor institusi, yang mana penempatan mereka di corporate bond ini masih kecil, sehingga pertumbuhan tak terlalu besar,” ujar Irma.
Hal serupa juga terjadi pada jumlah emiten atau perusahaan penerbitan dan outstanding surat utang korporasi. Di mana, jumlah emiten yang menerbitkan surat utang yang outstanding mengalami tren penurunan dari 282 emiten pada 2020 menjadi 249 emiten pada semester I 2025.
“Sedangkan untuk penerbitan surat utang baru di semester I 2025 kita lihat ada 58 perusahaan. Jadi, ini kita lihat masih banyak ruang bagi pertumbuhan dari industri surat utang korporasi di Indonesia,” tuturnya.