Pegadaian Kanwil VIII Jakarta 1 hari ini Selasa, 30 Mei 2023 menggelar media gathering bertema kan “Peran Pegadaian Dalam Pemberdayaan Masyarakat Dengan Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Rakyat”. Media Gathering ini diklaim menjadi salah satu cara Pegadaian untuk mensosialisasikan program-program perusahaan yang dilakukan kepada masyarakat melalui media, untuk dapat menginformasikan kegunaan KUR Pegadaian yang bisa didapatkan dengan mudah dan terbuka untuk seluruh UMKM di Indonesia.
Hadir dalam acara Pimpinan Wilayah Kanwil VIII Jakarta 1 PT Pegadaian ( Persero) bersama lima (5) orang Deputy yakni Alim Sutiono selaku Pimpinan Wilayah Kanwil VIII Jakarta 1 PT Pegadaian ( Persero), Agus Riyadi selaku Deputy Bisnis Area Bogor, Dwi Santoso selaku Deputy Bisnis Area Bekasi, Johanes Nanang Hartanto selaku Deputy Area Jatiwaringin, Alnafiah Alius selaku Deputy Area Kramatjati dan R. Bambang Heru S selaku Deputy Bisnis Area Senen.
Alim Sutiono memaparkan Pegadaian siap menghadapi era persaingan dan tetap menjadi solusi keuangan bagi masyarakat dan turut serta memberikan sumbangsih terhadap peningkatan inklusi keuangan bagi masyarakat menengah ke bawah dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Berkenaan dengan hal ini Pegadaian turut mendukung upaya Pemerintah dalam mengembangkan perekonomian nasional yang berbasiskan pada ekonomi kerakyatan demi terwujudnya kemandirian ekonomi bangsa, salah satunya dengan masif mengembangkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Program KUR Syariah yang kami hadirkan menjadi jadi solusi pembiayaan bagi pelaku usaha mikro dengan pinjaman sampai dengan Rp 10 juta dengan bunga hanya tiga persen pertahun. Saya ingin masyarakat ingat bahwa program KUR ini akan sangat membantu pengusaha UMKM di Indonesia, tanpa jaminan namun harus sesuai dengan syarat yang ditentukan. Kami juga memilih dan mensurvei, sehingga pencairan KUR ini dipastikan tepat sasaran,” ungkap Alim.
Menurutnya, penyaluran KUR Syariah ini merupakan salah satu solusi pembiayaan yang sangat kompetitif untuk para pelaku usaha mikro. Hal ini membuktikan komitmen Pegadaian sesuai dengan tagline Mengatasi Masalah Tanpa Masalah.
Pegadaian Kanwil VIII Jakarta 1 punya target penyaluran KUR hingga akhir 2023 sebanyak Rp300 miliar. Hingga kini sudah mencapai 15 persen atau sekitar Rp56 miliar. “Kita KUR syariah tanpa jaminan, tapi diberikan kepada yang benar-benar yang punya usaha. Jangan sampai KUR murah ini tidak sampai ke masyarakat. Ini terus kita sosialisasikan secara masif namun, tidak menutup kemungkinan masih juga ada yang menyalahgunakan kesempatan ini. KUR ini bisa di berikan hanya untuk 1 orang bagi satu keluarga,” katanya.
Untuk target KUR yang Rp300 miliar, ia optimis dengan strategi itu dapat tercapai. Dalam sehari, sambung dia pencairan KUR bisa sebesar Rp2 miliar per hari. “Insyaallah akan tercapai akhir tahun, Bulan November lah bisa tercapai target tersebut. Saat ini KUR telah diberikan kepada 22 ribu UMKM dari target 40 ribu yang akan diberikan KUR,” katanya.
Dia menjelaskan strategi memasarkan KUR ke masyarakat dengan turun ke masyarakat langsung. Tim turun ke Kelurahan bahkan sampai RT/RW untuk mengejar UMKM yang membutuhkan pembiayaan KUR. “Sosialisasi lewat media, kemudian sampai ke RT dengan mengerahkan 55 cabang yang berada di wilayah kami, yaitu Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi hingga Karawang,” jelas dia.
Hingga saat ini diketahui target kinerja Pegadaian setiap tahun tercapai, saat ini pengguna Digital Pegadaian tercatat meningkat dari sebelumnya 40 persen diakhir tahun, saat ini telah mencapai 65 persen, hal ini sekaligus menjadi level tertinggi pertumbuhannya di nasional.
Menanggapi kemunculan Gadai Swasta yang masih tumbuh, diungkapkan Alim, pertumbuhannya tidak dapat di bendung dan diakuinya Gadai swasta memang lebih agresif dengan hanya persyaratan yang sangat minum, hal ini yang juga dengan mudahnya menjadikan masyarakat terkena banyak permasalahan.
“Pegadaian melihat keagresifan Gadai Swasta ini sebagai salah satu tugas penting untuk meminimalisir persoalan terkait gadai gadai di masyarakat. Kami menganggap gadai-gadai swasta bukan gangguan, yang terus kami tegaskan adalah pinjaman gadai di pegadaian lebih murah dan mudah dibandingkan dengan gadai swasta. Hanya ada dua alasan, mengapa mereka lebih memilih gadai dengan bunga 5 persen dibandingkan dengan 1 persen. Pertama terkendala prasyarat yang tidak dapat di penuhi dan selanjutnya adalah situasi terdesak. Kalau dikota saja banyak masyarakat yang suka terjebak persoalan gadai-gadai, apalagi masyarakat daerah,” tegas Alim.
Dalam kesempatan yang sama, Deputy Bisnis Area Bogor Agus Riyadi menerangkan UMKM Indonesia membutuhkan tiga hal yang utama yakni Pembiayaan, Pendampingan, dan Pemasaran. Pendampingan yang telah dilakukan di wilayahnya yakni melakukan sinergi antara satu UMKM dengan UMKM lainnya.
“Kami juga mengikutsertakan UMKM dalam penyelenggaraan bazar-bazar. Ini yang kita berikan ketika UMKM memanfaatkan KUR sebagai upaya memperbesar usahanya. Sehingga, kami tak hanya menyalurkan pinjaman, namun juga bagaimana kami membina UMKM agar bisa melakukan pengembangan usahanya dan pendapatannya,” ujar Agus.
Ditegaskan Agus, Pegadaian memiliki beragam produk yang disalurkan, yang berbasi gadai dan fidusia, dengan nama produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini dihadirkan sesuai dengan target pemerintah umkm akan dimajukan. “Sistemnya saat ini pegadaian palu gada. Namun memang yang kini kami intensifkan adalah KUR, “.
Alnafiah Alius selaku Deputy Area Kramatjati menyatakan hal yang sama terkait beragam produk yang dipasarkan oleh Pegadaian, namun pihaknya ditahun ini turut fokus dalam meningkatkan UMKM dengan menyalurkan KUR. “Terkait hal ini, kami telah bekerjasama dengan Smesco, juga dengan Kementerian Tenaga Kerja terkait dengan UMKM yang terdaftar di entrepreneur. Adapun beberapa kendala yang masih sering dihadapi adalah sering di temukan nasabah yang tidak lulus BI checking. Kebanyakan masyarakat belum begitu paham akan hal ini, oleh karena perlunya edukasi kepada masyarakat bahwa ketika melakukan pinjaman harus dilunasi”.
Johanes Nanang Hartanto selaku Deputy Area Jatiwaringin, mengatakan KUR 2021 hadir diawali dengan pelaksanaan holding, dimana Pegadaian diberikan mandat untuk menyalurkan nya. Dengan dengan hanya bungan tiga persen dalam satu tahun, tanpa jaminan, memang KUR ini diperuntukan bagi ultra mikro Rp10 juta kebawah.
“Kita tidak hanya memberikan pinjaman kemudian putus, tidak berhenti sampai disana kami masih melanjutkannya dengan pembinaan. Kami terus memberdayakan masyarakat agar selanjutnya memiliki sekala bisnis yang lebih baik, sehinggan nantinya bisa meningkat ke PNM dengan program mawar bahkan kemudian bisa ke BRI,” kata Johanes.
Selanjutnya Dwi Santoso selaku Deputy Bisnis Area Bekasi memaparkan wilayahnya memiliki karakter yang berbeda dengan wilayah lainnya. “Beberapa hal memang yang kami lakukan sama, namun pola pembinaannya agak sedikit berbeda. Di areal bekasi penyaluran KUR kami lakukan adalah dengan menempelkan cicil emas 1 gram. Hal ini yang kita lakukan secara masif disetiap outlet kami. Pola pembinaan ini terbukti menunjukkan keberhasilan selama satu tahun, dengan NPL wilayah kami adalah 0”.
Dwi menambahkah, portofolio program gadai di wilayahnya masih didominasi dengn gadai emas yakni sebanyak 80 persen. “Gadainya yang paling banyak di wilayah kami adalah emas. Kredit multiguna juga dominan dengan jaminan penghasilannya, program simpedes juga tergolong dalam program yang cukup diminati di Bekasi”.
Hal serupa turut disampaikan oleh R. Bambang Heru S selaku Deputy Bisnis Area Senen, dikatakannya kehadiran KUR adalah upaya mensejahterakan masyarakat khususnya masyarakat menengah kebawah. Hal ini, ikut diperkuat dengan holding ultra mikro.
“Yang membedakan program KUR ini adalah kami memberikan pendampingan, hal ini mengingat UMKM masih sering mengalami kendala dalam berbagai hal. Keberhasilan pendampingan sangat penting karena hal ini secara langsung menaikkan kehadiran Pegadaian. Fungsi Pegadaian yang utama adalah kami memberantas renternir, oleh karenanya kami terus melakukan edukasi kepada masyarakatmasyarakat,” imbuh Heru.
Dilanjutkannya, area senen, memiliki potensi yang sangat besar untuk program KUR. Adapun permasalahan yang sering terjadi di area Senen adalah terkait calon nasabah pernah mengalami permasalahan catatan perbankan di masa lalunya.
“Yang terus kami lakukan adalah memberikan pelatihan setiap minggu. Diawal biasanya kami mengedukasi terkait kemasan dari produk UMKM, selanjutnya kami berikan pendampingan dalam penggunaan platform digital. Salah satu contoh nasabah KUR kami sebelumnya merupakan pegawai yang dirumahkan. Sebelum kenal Pegadaian omsetnya hanya Rp36 juta setiap tahun, setelah menjadi nasabah KUR Pegadaian kami berikan pendampingan, setiap tahun omsetnya naik terus, hingga kini telah mencapai Rp 2 Miliaran setiap tahun,” cerita Heru terkait pelaksanaan program KUR diareanya.