BusinessAsia Indonesia – Laba PTPN Group di tahun 2021 meroket hingga 500 persen, meski saat itu pandemi covid-19 masih sangat parah.
Besaran laba PTPN secara konsolidasi yang tembus di angka Rp4,6 triliun menjadi torehan sejarah atas capaian kinerja keuangannya Holding BUMN Sektor Perkebunan ini.
Dari Laporan Keuangan Audited yang dirilis KAP Purwantono, Sungkoro dan Surja (EY), pencapaian laba PTPN Rp4,64 triliun ini meningkat sekitar 500 persen dibandingkan laba tahun 2020 lalu.
Rinciannya, laba dari dari penjualan sebesar Rp53,57 triliun (naik 32 persen), EBITDA PTPN Rp14,18 triliun (naik 206,69 persen).
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani mengatakan, peningkatan kinerja ini adalah hasil dari transformasi yang telah dijalankan dalam 2 tahun terakhir.
Ia menyebut upaya transformasi di BUMN ini berhasil memberikan dampak positif pada kinerja keuangan perusahaan sejak tahun lalu.
Ghani mencontohkan, peningkatan laba bersih dari Rp39,39 triliun menjadi Rp53,57 triliun di tahun 2021, atau terjadi kenaikan hingga 36 persen.
“Kami akan terus memacu pertumbuhan pendapatan dan laba bersih perusahaan dengan meningkatkan produksi dan produktivitas. Kami juga mengoptimalisasi proses operasional mulai dari hulu hingga ke hilir,” kata Ghani dalam keterangannya, Selasa (12/4).
Ghani menjelaskan, pada komoditas tebu dan gula misalnya, Holding PTPN tengah fokus meningkatkan produktivitas lahan dan merevitalisasi pabrik gula.
Langkah revitalisasi dan peningkatan produktivitas lahan dilakukan oleh anak usaha Holding PTPN yaitu PT Sinergi Gula Nusantara (SGN).
Tak hanya itu, Holding PTPN juga melakukan restrukturisasi organisasi, resrukturisasi utang, dan menerapkan berbagai transformasi digital agar dapat menyesuaikan lini usaha dengan teknologi terbaru.
“Untuk langkah transformasi digital kita harapkan bisa meningkatkan efisiensi dan efektivitas pekerjaan di semua lini usaha PTPN agar lebih optimal,” jelas dia.
Menurut Ghani dalam meningkatkan laba PTPN Group, salah satu kunci utama adalah perbaikan kinerja keuangan agar bisnis bisa tercapai bisnis yang berkelanjutan transparan dan komprehensif.
Satu yang tak kalah penting menurut Ghani adalah melunasi utang-utang perusahaan guna memperbaiki kesehatan finansial PTPN. []