Jakarta, Business Asia – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) dalam acara Konferensi Pers Laporan Kinerja Industri Asuransi Jiwa Periode Januari-Maret 2025 di Jakarta (4/6) melaporkan kinerja 56 perusahaan asuransi jiwa di awal tahun 2025. Pada sepanjang periode Januari hingga Maret 2025, industri asuransi jiwa mencatatkan tren pertumbuhan yang positif di tengah tantangan ekonomi nasional dan global.
Ketua Dewan Pengurus AAJI – Budi Tampubolon dalam momen ini menyampaikan, kinerja positif ini mencerminkan ketahanan dan kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi jiwa. “Sepanjang Januari hingga Maret 2025, pendapatan premi industri meningkat 3,2”. secara year on year menjadi Rp4745 triliun. Hasil ini merupakan awalan yang baik bagi industri asuransi jiwa untuk menatap tahun 2025 dengan lebih optimis,” jelas Budi Tampubolon.
Menurutnya. Kenaikan total pendapatan premi ini didorong oleh pertumbuhan premi lanjutan yang mencapai Rp20,94 triliun atau naik 824 secara year on year. Sementara dari sisi produk, asuransi jiwa tradisional masih mendominasi dengan proporsi 65,24 dari total premi, dengan kenaikan 15,64 menjadi Rp30,95 triliun.
Budi lalu menjelaskan, hingga akhir Maret 2025, total tertanggung perorangan mencapai 21,97 juta orang (naik 11,694), sementara tertanggung kumpulan bertambah menjadi 75,89 juta orang (naik 22,24). Kenaikan ini didukung oleh peningkatan indeks literasi dan inklusi asuransi yang juga meningkat masingmasing 45,45X dan 28,5x.
Budi kemudian menekankan bahwa tekanan global tetap menjadi tantangan. “Gejolak ekonomi global memang masih menjadi tantangan bagi industri asuransi jiwa, terutama akibat volatilitas pasar modal dan nilai tukar. Meski demikian, industri tetap memiliki landasan yang kuat dan strategi jangka panjang yang adaptif. Kami yakin, dengan pengelolaan risiko yang disiplin dan komitmen terhadap perlindungan nasabah, industri asuransi jiwa akan mampu menjaga stabilitas dan terus tumbuh secara berkelanjutan,” ujar Budi.
Industri Asuransi Jiwa Bayarkan Klaim dan Manfaat sebesar Rp38.16 Triliun
Sementara itu Kepala Departemen Komunikasi AAJI, Karin Zulkarnaen pada momen yang sama menekankan, bahwa industri tetap konsisten menjalankan komitmennya terhadap nasabah. Sepanjang Januari hingga Maret 2025, total klaim dan manfaat yang dibayarkan industri mencapai Rp38,16 trilun kepada 3,74 juta orang.
“Penurunan 11,14 dibanding tahun sebelumnya terutama berasal dari turunnya klaim partial withdrawal dan surrender yang masing-masing mencatatkan nilai Rp372 trilun dan 1920 triliun. Ini juga menunjukkan adanya kestabilan yang mulai terbentuk dalam perilaku nasabah,” ujar Karin.
Yang ternyata menarik, untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir, klaim asuransi kesehatan mengalami penurunan sebesar 2,24, dengan total Rp5,83 triliun.
“Meskipun tercatat menurun, kami masih terus melakukan monitor perkembangan angka klaim kesehatan ke depan. Kami berharap reformasi sistem kesehatan melalui kolaborasi lintas sektor dapat mengendalikan inflasi biaya kesehatan,” jelas Karin.
“Regulasi ini memperkenalkan ketentuan co-payment yaitu sebagian biaya yang perlu ditanggung oleh nasabah sebagai pasien ketika mendapatkan perawatan kesehatan, sebesar 104 dari total biaya pengobatan. Untuk menangani tingginya inflasi medis ini perlu adanya kolaborasi dari semua pihak untuk mendukung ekosistem asuransi kesehatan termasuk dari nasabah, supaya ketika nasabah menjalani perawatan medis bisa lebih kritis dalam menentukan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan. Skema serupa juga sudah diterapkan di banyak negara, baik negara maju maupun di Asia,” paparnya.
Komitmen pada SBN dan Manajemen Risiko Tetap Kuat
Sedangkan Ketua Bidang Keuangan, Permodalan, Investasi, dan Pajak AAJI – Simon Imanto dalam momen ini menyoroti tekanan yang terjadi pada portofolio investasi industri akibat gejolak pasar.
“Total aset industri pada akhir Maret 2025 tercatat Rp616,94 triliun, turun tipis 0.64. Instrumen saham dan reksadana mengalami koreksi cukup dalam, namun penempatan di SBN justru meningkat,” ujar Simon.
Secara umum, kinerja investasi industri asuransi jiwa hingga Maret 2025 dipengaruhi oleh kinerja dari beberapa portofolio, antara lain: Surat Berharga Negara (SBN) mengalami pertumbuhan sebesar 12.94 dengan kontribusi terhadap total investasi sebesar 39,64 atau setara dengan Rp214,23 triliun. Lalu, saham mengalami penurunan sebesar 19,04 dengan kontribusi sebesar 22,14 atau setara dengan Rp119,79 trilun, Kemudian, Reksa dana turun 10,54 dengan kontribusi 12.24 atau Rp65,79 triliun. Berikutnya, Sukuk korporasi naik 12,34 dengan kontribusi 9,6X atau Rp51,67 triliun. Serta, Deposito menurun 794 dengan kontribusi 6,756 atau Rp36.43 triliun.
Simon lalu menjelaskan, “Penempatan di SBN menunjukkan komitmen industri untuk berperan aktif dalam mendukung pembiayaan negara, sejalan dengan regulasi OJK yang menekankan aspek kehati-hatian dan keberlanjutan.”
Terakhir, Budi Tampubolon menutup dengan menegaskan pentingnya komunikasi terbuka antara pelaku industri dan nasabah. “Asuransi jiwa adalah kontrak jangka panjang. Kami mengedepankan strategi investasi yang berorientasi pada perlindungan nasabah. Edukasi kepada pemegang polis sangat penting agar tidak muncul kepanikan yang tidak perlu akibat fluktuasi jangka pendek,” demikian tutup Budi Tampubolon, Ketua Dewan Pengurus AAJI.