Businessasia.co.id -Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) promosi potensi cadangan migas disela Abu Dhabi International Petroleum Exhibition and Conference (ADIPEC) 2025. Djoko Siswanto, Kepala SKK Migas, menegaskan Indonesia selalu terbuka untuk berkolaborasi dengan perusahaan energi global melalui model kemitraan yang saling menguntungkan dan mendukung tujuan jangka panjang menuju kemandirian energi nasional.
“Sekarang adalah waktu yang tepat bagi para investor global untuk bekerja sama dengan Indonesia. Kami hadir dengan kerangka regulasi yang lebih jelas, potensi sumber daya yang kuat, dan visi jangka panjang menuju kemandirian energi. Hal ini tercermin dari tren peningkatan daya tarik investasi Indonesia di Asia-Pasifik, terutama setelah sejumlah penemuan besar di akhir 2023 dan awal 2024. Ini menandakan bahwa kerangka regulasi, proses perizinan, dan sistem fiskal kita kian siap mendukung mitra global,” ujar Djoko dalam keterangannya, Kamis (6/11).
Sebagai informasi, penemuan besar cadangan gas di Geng North dan Layaran tercatat sebagai salah satu penemuan besar dunia pada tahun 2023. Dengan potensi masing-masing sebesar 500-600 juta barel setara minyak (mboe), keduanya juga menjadi penemuan cadangan terbesar di Asia Tenggara. Kemudian, pada awal 2024, penemuan besar di Tangkulo diprediksi akan mampu menghasilkan sekitar 200 mboe gas. Pemerintah Indonesia menawarkan peluang strategis dalam bentuk lelang lebih dari 60 blok migas melalui Indonesia Petroleum Bid Round (IPBR) 2025–2026. Inisiatif ini menjadi langkah nyata untuk mendorong percepatan eksplorasi dan produksi migas guna mencapai target lifting nasional.
Lebih lanjut Djoko Siswanto menyampaikan bahwa Indonesia terbuka untuk investasi CCS/CCUS melalui berbagai model kerja sama strategis. “Pengembangan proyek CCS/CCUS adalah bagian dari komitmen Indonesia terhadap keberlanjutan sektor energi, sekaligus menunjukkan peran penting ASEAN dalam transisi energi global,” ujarnya. Komitmen ini tercermin dari masuknya proyek CCS/CCUS ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), salah satunya bp Tangguh UCC yang ditargetkan beroperasi pada kuartal ketiga 2028, dengan kapasitas penyimpanan hingga 1,8 gigaton CO₂ dan puncak produksi sebesar 476 MMSCFD. Angka tersebut setara dengan 56 cargo LNG dan menghasilkan 4.700 BOPD kondensat.
Indonesia saat ini sedang mengembangkan 19 proyek CCS/CCUS yang ditargetkan mulai beroperasi dalam lima tahun ke depan. Proyek-proyek ini tersebar di berbagai wilayah kerja hulu migas, termasuk Aceh yang sedang disiapkan sebagai open CCS/CCUS hub oleh Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA). Sejak 2019, berbagai studi telah dilakukan mulai dari evaluasi geologi, skema transportasi dan penyimpanan karbon dioksida, hingga model monetisasi karbon.
“Lebih dari sekadar upaya menurunkan emisi, peluang pengembangan CCS/CCUS di Aceh membuka jalan bagi kemitraan yang lebih luas, mulai dari transfer teknologi, riset geologi, hingga pembangunan ekosistem pengelolaan karbon yang memberi manfaat bagi masyarakat Aceh dan kawasan sekitarnya,” ujar Brianto Adhie Wardhana, G&G Technical Lead BPMA.
Selain itu, partisipasi Indonesia di ADIPEC 2025 tidak hanya berfokus pada potensi eksplorasi dan produksi, tetapi juga memperkenalkan peluang kolaborasi yang lebih luas di bidang penelitian, teknologi, rantai pasok, pengembangan sumber daya manusia, dan inovasi energi rendah karbon. Untuk memperkuat hubungan dengan pelaku industri global, SKK Migas bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Pertamina Group, dan Indonesia Business Council Dubai menggelar International Stakeholder Engagement & Investment Forum di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Abu Dhabi.










