Jakarta, Business Asia – Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) resmi meluncurkan publikasi riset berjudul “Mengatasi Disparitas Infrastruktur Teknologi Industri Fintech di Indonesia: Sebuah Analisis Integratif dan Strategi Masa Depan” pada 25 Februari 2025, di Shangri-La Hotel, Jakarta.
Riset ini merupakan hasil kolaborasi AFTECH dengan Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) dan bertujuan untuk mengidentifikasi tantangan utama, mengeksplorasi solusi inovatif, serta merumuskan rekomendasi kebijakan guna mempercepat pembangunan ekosistem fintech yang lebih inklusif di Indonesia.
Acara peluncuran dihadiri oleh lebih dari 50 peserta yang termasuk pimpinan perusahaan yang merupakan anggota AFTECH. Dalam forum ini, CIPS memaparkan hasil riset yang memberikan wawasan komprehensif tentang tantangan dan peluang dalam pemerataan infrastruktur teknologi bagi sektor keuangan digital.
Dalam sambutannya, Wakil Bendahara AFTECH, Chrisma Albandjar, menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam mempercepat pemerataan infrastruktur digital.
“Industri teknologi dan fintech terus menghadirkan inovasi untuk meningkatkan inklusi keuangan. Di sisi lain, penyedia layanan infrastruktur digital memiliki peran strategis dalam memperluas akses ke layanan keuangan digital, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi digital secara kesluruhan,” ujarnya.
Sementara itu, CEO CIPS, Anton Rizki, dalam paparannya menyoroti tiga fokus utama dari riset ini: (1) menciptakan iklim usaha yang lebih terbuka dan kompetitif, (2) meningkatkanteknologi finansial di daerah yang masih tertinggal, serta (3) memperkuat kapasitas sumber daya manusia dalam sektor digital.
“Ketidakmerataan akses layanan digital masih menjadi tantangan besar dalam mendorong inklusi keuangan, terutama di daerah perdesaan. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi erat antara pemerintah, pelaku industri, dan regulator mempercepat pembangunan infrastruktur digital yang merata,” jelasnya.
Sebagai bagian dari peluncuran riset ini, AFTECH mengadakan sesi diskusi panel yang menghadirkan berbagai pemangku kepentingan. Ervan Fathurokhman, Direktur Pengendalian Infrastruktur Digital, Kemkomdigi, mengapresiasi inisiatif AFTECH dalam menyusun riset yang menyoroti tantangan dan peluang terkait infrastruktur digital.
Ronny Gunawan selaku Ketua Departemen Enabling Infrastructure AFTECH, menegaskan bahwa pemerataan akses teknologi, termasuk digital identity dan layanan pembayaran nirkabel, harus menjadi prioritas untuk memperluas nklusi keuangan.
Saat Prihartono selaku Country Director Indonesia PT. Trusting Social Indonesia, menyoroti pentingnya kepatuhan perusahaan fintech terhadap regulasi pelindungan data pribadi guna menjaga digital trust.
Selain itu, Anthony Amny selaku Country Director Indonesia AWS, menekankan perlunya ruang yang lebih luas bagi industri fintech dalam mengadopsi teknologi cloud untuk meningkatkan aksesibilitas layanan keuangan digital.
Riset ini merekomendasikan strategi penguatan infrastruktur fintech dalam tiga fase utama, yaitu Fase Fondasi (2025–2026) mencakup perluasan dan pemerataan infrastruktur pendukung, Fase Percepatan (2027–2028) mencakup Penyelarasan kebijakan digital nasional dengan lingkungan regulasi yang kondusif serta Fase Penguatan (2029–2030) meliputi penguatan ekosistem, kemitraan, dan pertumbuhan berkelanjutan.
Peluncuran riset ini menandai komitmen AFTECH dalam mendorong kebijakan yang mendukung pertumbuhan industri fintech serta mempercepat transformasi keuangan digital di Indonesia. Dengan adanya rekomendasi konkrit dalam riset ini, diharapkan seluruh pemangku kepentingan dapat segera mengambil langkah strategis untuk menciptakan ekosistem fintech yang lebih inklusif dan berdaya saing global.