Oleh Budiawan – KAM Institute
Ketika IBM mengumumkan akan memangkas sekitar 8.000 posisi karena peran tersebut bisa digantikan oleh kecerdasan buatan (AI), banyak orang terkejut, cemas, bahkan marah. Sebagian menyebutnya awal dari disrupsi besar-besaran—di mana mesin menggusur manusia, dan algoritma mengambil alih kantor-kantor.
Namun, dunia korporasi memang penuh ironi. Tak lama berselang, IBM justru membuka kembali ribuan lowongan baru. Bukan untuk menggantikan, tapi untuk mendukung dan mengembangkan ekosistem AI yang mereka ciptakan sendiri.
Inilah wajah baru dari revolusi industri keempat: AI memangkas sebagian, tapi juga menciptakan peluang baru yang tak pernah ada sebelumnya.
Dari Pemangkasan ke Transformasi: Pergeseran Peran yang Terjadi
CEO IBM, Arvind Krishna, menyatakan bahwa sebagian besar pekerjaan administratif di internal IBM, terutama dalam fungsi Human Resources (HR), telah diotomatisasi. Virtual agent seperti AskHR kini menangani 94% permintaan internal tanpa campur tangan manusia (sumber: [Bloomberg, 2023](https://www.bloomberg.com/news/articles/2023-05-01/ibm-to-pause-hiring-for-7-800-jobs-that-could-be-replaced-by-ai)).
Namun, penghematan ini bukan hanya untuk mengurangi beban. Dana dan sumber daya yang tadinya dialokasikan untuk fungsi administratif kini diputar untuk merekrut tenaga kerja baru di bidang-bidang strategis: cloud engineering, AI consulting, cybersecurity, hingga marketing berbasis data.
Studi Kasus: Mereka yang Tidak Takut Berubah
IBM bukan satu-satunya. Perusahaan-perusahaan global kini mulai sadar bahwa AI bukan musuh, tapi mitra kerja baru. Beberapa bahkan menjadikan transformasi ini sebagai momentum untuk membangun kembali ekosistem talenta yang lebih adaptif.
Accenture menggelontorkan lebih dari \$3 miliar untuk pelatihan ulang 150.000 karyawannya dalam bidang AI dan teknologi cloud (sumber: [Accenture Press Release, 2023](https://newsroom.accenture.com/news/accenture-to-invest-3-billion-in-ai.htm)).
Amazon, lewat program Upskilling 2025, menyediakan dana \$700 juta untuk membantu pekerjanya beralih ke posisi seperti data analyst, cloud support, dan developer (sumber: [Amazon Newsroom](https://www.aboutamazon.com/news/workplace/amazon-upskilling-2025-initiative)).
Tata Consultancy Services (TCS) menyatakan telah melatih lebih dari 600.000 karyawan dalam dasar-dasar AI dan digital skill (sumber: [Business Standard, 2023](https://www.business-standard.com/)).
“Kalau kita hanya fokus menggantikan manusia, kita kehilangan kesempatan untuk menciptakan nilai yang lebih besar.”
— Fei-Fei Li, Stanford University
Peringatan Bijak dari Para Pemimpin Teknologi
Beberapa tokoh terkemuka dunia teknologi juga memberikan pandangan reflektif yang perlu jadi bahan renungan:
“Teknologi bukan untuk menggantikan manusia, tapi memperkuat potensi manusia.”
— Satya Nadella, CEO Microsoft (sumber: [Harvard Business Review, 2023](https://hbr.org/))
“Masalah terbesar bukan AI, tapi ketidaksiapan organisasi dan budaya perusahaan untuk bertransformasi.”
— Klaus Schwab, Pendiri World Economic Forum (dari buku The Fourth Industrial Revolution, 2016)
“AI akan menggantikan pekerjaan, bukan kemampuan. Mereka yang belajar cepat, adaptif, dan kolaboratif justru akan menang.”
— Jack Ma, Pendiri Alibaba (sumber: World Economic Forum, Davos 2019)
“Teknologi canggih bukanlah ancaman, ketidakmampuan kita menyesuaikan diri lah yang bisa menghancurkan.”
— Andrew Ng, Co-founder Coursera dan eks Chief Scientist Baidu (sumber: MIT Technology Review, 2022)
AI Adalah Cermin, Bukan Alat Pemotong
IBM memberi kita pelajaran penting: bahwa AI bisa menjadi alat pemotong jika hanya difokuskan untuk memangkas biaya. Tapi jika dirancang dan dimanfaatkan dengan bijak, AI justru menjadi cermin bagi sistem kerja yang perlu diperbaiki dan dipercepat.
Studi dari World Economic Forum tahun 2023 memperkirakan bahwa AI akan menggantikan 83 juta pekerjaan secara global hingga 2027, namun akan menciptakan 69 juta pekerjaan baru, banyak di antaranya belum pernah ada sebelumnya. (sumber: [WEF Future of Jobs Report 2023](https://www.weforum.org/reports/the-future-of-jobs-report-2023))
Babak Baru: Siapa yang Menang di Era AI?
Narasi bahwa “AI akan mengambil alih pekerjaan manusia” perlahan mulai usang. Kini pertanyaannya bukan lagi soal bertahan atau tidak, tapi:
“Pekerjaan baru apa yang bisa kita ciptakan—yang tidak bisa dilakukan oleh AI?”
Jika Anda percaya bahwa AI bukan akhir dari cerita manusia, tetapi awal dari babak baru yang lebih menantang, maka saatnya kita mengubah posisi: bukan bertahan dari gelombang, tapi menungganginya.
Referensi Lengkap
Bloomberg, IBM to Pause Hiring for 7,800 Jobs That Could Be Replaced by AI, 2023
Accenture, \$3 Billion AI Investment to Train Workforce, 2023
Amazon, Upskilling 2025 Initiative, 2022
Business Standard, TCS Trains 600K Employees in AI, 2023
World Economic Forum, The Future of Jobs Report, 2023
MIT Technology Review, Andrew Ng on AI Adoption, 2022
Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution, 2016
Harvard Business Review, Satya Nadella on Tech and People, 2023
WEF Davos Annual Meeting, Jack Ma Panel Discussion, 2019