Jakarta, Business Asio – Penetrasi mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) di Indonesia hingga Juni 2025 telah mencapai angka 10%. Mencerminkan lonjakan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya hingga dua kali lipat, memperlihatkan antusiasme pasar terhadap kendaraan ramah lingkungan.
Pada tahun 2022, Indonesia mencapai tonggak sejarah yang luar biasa dengan penjualan 1 juta unit kendaraan (termasuk komersial) di tengah tantangan pemulihan pascapandemi COVID-19. Pertumbuhan sebesar 18% di tahun tersebut menjadi indikator bahwa industri otomotif Indonesia terus menunjukkan ketahanan dan daya saing yang kuat.
Stabilitas pasar otomotif nasional membuka peluang strategis bagi Indonesia untuk terus mendorong adopsi kendaraan listrik. Namun, dalam mempercepat transisi, ada beberapa tantangan krusial yang perlu diatasi, salah satunya adalah keandalan infrastruktur pengisian daya.
“Seiring dengan upaya mendukung akselerasi transisi menuju listrik yang tengah didorong pemerintah sebagai langkah strategis mendorong pertumbuhan berkelanjutan dalam mengurangi emisi karbon, kita tidak bisa hanya bicara tentang unit kendaraan saja. Harus bicara soal ekosistem,” ujar Albert Aulia Ilyas, Direktur Utama KALISTA Group. “Fenomena charging anxiety masih menjadi salah satu pertimbangan utama dalam keputusan beralih ke kendaraan listrik, di mana pengguna merasa cemas akan ketersediaan dan aksesibilitas stasiun pengisian daya.”
Albert menambahkan, “Keberlanjutan, efisiensi energi, dan kesiapan operasional hanya bisa dicapai bila seluruh komponen mulai dari kendaraan, infrastruktur, teknologi, hingga SDM itu bekerja secara harmonis. Dan itulah yang dibangun oleh KALISTA di berbagai kota di Indonesia.
Sebagai pionir dalam membangun ekosistem EV dengan solusi yang komprehensif untuk kebutuhan transisi menuju listrik, baik itu komersial atau publik, KALISTA menyadari satu hal sejak awal: armada tanpa stasiun pengisian yang terkelola akan menjadi beban, bukan solusi. Itulah kenapa perusahaan ini sejak awal tidak hanya menyediakan kendaraan, tapi juga membangun charger secara strategis, dengan pendekatan sistem, bukan proyek satuan.
Infrastruktur SPKLU & Charger: Jantung Ekosistem Operasional EV
Dalam konteks kendaraan listrik komersial, setiap menit downtime akibat baterai habis berarti potensi kerugian. Kendaraan logistik yang harus berhenti berjam jam karena antrean pengisian daya, misalnya, akan mengalami penurunan efisiensi operasional dan tidak menguntungkan secara bisnis.
Untuk menjawab tantangan ini, KALISTA menyediakan layanan lengkap yang mencakup pembangunan dan pengelolaan charger sesuai dengan kebutuhan rute dan operasional pelanggan. Lokasi pemasangan disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Biasanya, untuk transportasi publik, charger dengan kapasitas 100 – 200 kW umumnya dipasang di depo karena digunakan untuk mengisi daya armada dalam jumlah besar, sehingga penggunaannya difokuskan untuk operasional armada dan tidak diperuntukkan untuk penggunaan publik.
Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan pengisian daya kendaraan listrik untuk penggunaan umum, KALISTA juga mengembangkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Dalam hal ini, KALISTA berkolaborasi dengan salah satu charging point operator (CPO) terbesar di Indonesia, Voltron, untuk membangun dan mengelola jaringan SPKLU di seluruh Indonesia.
Tidak hanya soal lokasi, jenis SPKLU yang dibangun pun bervariasi berdasarkan karakteristik masing-masing lokasi. Mulai dari ultra fast charger 60-100 kW untuk pengisian cepat yang dipasang di sepanjang rest area, serta slow charger 22 kW yang biasanya dipasang di tempat makan dan mall. Hingga pertengahan 2025, KALISTA telah membangun sebanyak 216 charger aktif di 115 titik.
Studi Kasus: Medan dan Tol TransJawa
KALISTA sendiri telah menjalin kerja sama pembiayaan hijau dengan Bank Mandiri senilai Rp210 miliar untuk pengadaan unit EV sekaligus pengembangan SPKLU di Kota Medan. Pada lokasi ini, 18 stasiun pengisian daya dengan kapasitas 180 kW yang didukung daya 4.3 KVA dari PLN dibangun di depo bus listrik.
Penentuan spesifikasi charger telah disesuaikan dengan pola operasional yang optimal. Dengan strategi yang efektif, 60 unit bus listrik dengan kapasitas baterai 303 kWh dapat melakukan pengisian daya hingga penuh hanya dengan waktu 1,5 jam.
Selain itu, KALISTA, Voltron, dan JMRB telah meresmikan pembangunan infrastruktur SPKLU di sepanjang TransJawa pada 8 Agustus 2024. Pemasangan dilakukan di 9 titik strategis, mulai dari Rest Area Km 88A, Cipularang hingga Rest Area Km 725B di Surabaya.
Bukan One-Man Show: Kolaborasi Jadi Kunci
Sadar bahwa membangun ekosistem tidak bisa sendirian, KALISTA bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Voltron pengoperasian SPKLU dan PLN untuk mendukung peningkatan daya listrik di lokasi-lokasi yang belum memiliki kapasitas mencukupi, salah satunya perkantoran.
Bentuk kerja sama ini juga dibuktikan melalui promo #EVerydaytoOffice. Selama bulan September pengguna yang melakukan pengisian daya di charging station Voltron berlogo KALISTA yang berlokasi di perkantoran dapat melakukan klaim cashback Rp10.000 Voltron Points dengan maksimal 4 kali klaim yang terdiri dari 2 kali untuk tipe mesin AC dengan minimum 20 kWh, dan 2 kali untuk tipe mesin DC dengan minimum 40 kWh.
Selain itu, KALISTA juga membuka peluang kemitraan bagi pemilik lahan melalui skema bagi hasil, “Kami menawarkan model revenue sharing bagi pemilik lahan dengan lokasi strategis, lengkap dengan dukungan operasional penuh dari kami,” ujar Albert. “Prinsip kami: kolaborasi strategis demi menciptakan sinergi berkesinambungan.”
Pendekatan ini membuat Stasiun Pengisian Daya dan SPKLU menjadi bukan sekadar aset milik KALISTA, tapi infrastruktur bersama yang mempercepat transisi energi bagi sektor industri.