Businessasia.co.id– Konvensi Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 resmi ditutup di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Sabtu (9/8/2025) oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) Prof Brian Yuliarto. Acara yang berlangsung selama tiga hari ini mencatat capaian signifikan, salah satunya komitmen membangun 48 peta jalan prioritas riset nasional dalam tiga bulan ke depan.
Dalam acara penutupan, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) Prof Brian Yuliarto mengatakan kegaitan KSTI bukanlah akhirnya dari kegiatan dalam upaya pengembangan sains dan teknologi. “Kita lihat Negara yang maju mereka punya ambisi besar, saint teknologi tidak cukup berhenti sampai disini. KSTI tidak cukup dengan hanya berkumpul, berikan gagasan lalu kita tutup,” ujar Prof. Brian.
Menurut Brian, yang terpenting dari ini semua adalah siap kerja setelah ini . “Saya berterima kasih kepada para peneliti, saya juga dosen san permah menjadi peneliti. Jad saya paham bemar gimana bapak-bapak ibu ditengah kesunyian berinteraksi demgan mahasiswa memberikan pengetahuan dan penelitian ada yang sampe malam,” jelasnya.
Menurut prof Brian, Indonesia butiuh pengusaan saint,teknologi saat ini dan dirinya samgat terbuaka bagi semua yang memiliki gagasan dan ide. “Juga kerja sama dengan industri, jadi kita ingin apa yang kita teliti, apa yang teman dosen teliti dan kembangkan bisa dipakai oleh industr,” sebutnya.
Prof Brian meminta kepada dunia Industry, jika mereka butuh apa, bisa sampaikam kepadanya. “ Kami akan kumpulkan peneliti-peneliti terbaik di bidnag tersebut, bahkan dana penelitain akan dibeeikan dari kita, Tapi kita inginkan adalah hasil penelitian bisa digunakan bemar-benar untuk kepentingan industri,” tegasnya
Namun menurutnya, kadang yeman industri tidak memberikan infornasj dati hasil penelitian, sehingga apa yang dibutuhkan ibdustri dan bisa dimanfaatkan. “Saya kembali ingatkan ini bukanlah akhir tapi dari awal kerja-kerja besar kita semua. insan pendidikan tinggu para peneiti guru besar dan sintis yang ada di indonesia,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia KSTI 2025 yang juga Dirjen Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang, Kemendiktisaintek) Fauzan mengungkapkan, hasil diskusi selama KSTI 2025 berhasil merumuskan roadmap riset yang disusun secara dinamis melalui metode dynamic system modeling. “Kita akan membangun 48 peta jalan prioritas riset dalam tiga bulan ke depan. Dokumen ini akan menjadi landasan pendanaan riset, kerja sama, intervensi investasi, alih teknologi, dan strategi hilirisasi,” ujar Fauzan dihadapan ribuan peserta KSTI 2025.
Ia menegaskan, momentum KSTI 2025 menjadi titik awal penting dalam menguatkan kolaborasi lintas sektor demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. “Semangat, kompetensi, dan keterlibatan para pemangku kepentingan di sini adalah modal berharga untuk membangun bangsa berdaya melalui penguasaan sains dan teknologi,” tutupnya.
Selama penyelenggaraan, KSTI 2025 menghadirkan 51 sesi paralel yang membahas delapan fokus riset prioritas nasional: pangan, kesehatan, energi, maritim, pertahanan, digitalisasi (termasuk AI dan semikonduktor), material maju, serta hilirisasi dan industrialisasi. Sebanyak 341 pembicara mengisi delapan sesi strategis dengan tema mulai dari peran perguruan tinggi, keterlibatan industri, hingga penguatan ekosistem investasi. Fauzan menjelaskan pada hari pertama ada 2.422 hadirin, hari ketiga 2.596, dan hari ini meningkat lagi menjadi 3.440 peserta. “Ini menunjukkan antusiasme yang luar biasa,” kata Fauzan.
Total pengunjung mencapai sekitar 8.500 orang, jauh melampaui target awal 2.000 peserta yang dilaporkan kepada sponsor. Peserta terdiri dari hampir 1.400 akademisi, termasuk dosen, mahasiswa, dan 411 rektor dari seluruh Indonesia. Selain itu, ada 493 perwakilan industri, BUMN, kementerian, dan lembaga yang hadir untuk menjalin kolaborasi strategis.
KSTI 2025 juga mendapatkan kehormatan dengan kehadiran Presiden RI yang menyampaikan pidato utama, didampingi 12 menteri, kepala lembaga, serta Menko Kabinet Indonesia Maju. Inspirasi tambahan datang dari dua peraih Nobel, Prof. Konstantin Novoselov dan Prof. Brian Schmidt. Dari sisi pameran, lebih dari 400 produk riset dari seluruh Indonesia turut dipamerkan.