Businessasia.co.id- Di industri minyak dan gas (migas), keselamatan bukan sekadar prosedur standar, melainkan pondasi utama keberlanjutan operasi. Di tengah kompleksitas proses produksi, dua aspek Keselamatan yaitu: occupational safety (keselamatan pekerja) dan process safety (keselamatan proses) harus mendapatkan perhatian yang setara.
“Keduanya saling melengkapi dalam upaya mencegah kecelakaan kerja, baik yang bersifat langsung maupun yang dapat menyebabkan dampak fatal hingga katastrofik,” ujar Rocky Sasabone, HSSE Manager Husky-CNOOC Madura Limited (HCML).
Rocky menjelaskan bahwa occupational safety berfokus pada perlindungan pekerja dari cedera akibat aktivitas kerja sehari-hari. Risiko seperti terjatuh, tertimpa barang, kontak dengan energi berbahaya, hingga bahaya ergonomis ditangani melalui penggunaan alat pelindung diri (APD), prosedur kerja aman, dan kedisiplinan operasional.
Sementara, process safety bertujuan mencegah kejadian besar seperti kebakaran, ledakan, dan pelepasan bahan berbahaya yang dapat berdampak besar pada fasilitas, lingkungan, dan masyarakat. Strategi ini melibatkan desain sistem yang aman, pemeliharaan integritas aset, analisis risiko, sistem kontrol, dan kepatuhan terhadap standar PSM (Process Safety Management). “Keduanya berbeda, tetapi tujuan mereka sama, melindungi nyawa, linggkungan, aset, dan reputasi perusahaan,” terang Rocky.
Lebih lanjut Rocky menjelaskan mengapa aspek occupational safety dan process safety harus dipahami dan diperhatikan secara setara. Pertama, sumber insiden besar sering berasal dari kesalahan kecil. “Banyak kejadian catastrophic berawal dari temuan sederhana seperti kelalaian housekeeping atau prosedur yang tidak diikuti dengan disiplin,” tuturnya.
Kedua, pemahaman pekerja adalah benteng pertama pencegahan. Menurutnya, salah satu aspek penting dalam mencegah kecelakaan fatal adalah memberikan pemahaman yang kuat mengenai occupational safety dan process safety kepada seluruh pekerja permanen maupun kontraktor. Edukasi dilakukan melalui sosialisasi dan pelatihan berkala badi pekerja baru maupun yang sudah berpengalaman, serta pelatihan investigasi insiden yang benar agar akar penyebab (root cause) dapat diidentifikasi.
Selanjutnya, sertifikasi profesional, termasuk pelatihan NEBOSH Process Safety Management (PSM) yang telah diikuti pekerja lapangan dan tim manajemen di HCML sebagai penguatan kompetensi process safety. Ketiga, budaya keselamatan membutuhkan konsistensi. “Kedisiplinan dari occupational safety memperkuat budaya kerja aman, sementara process safety memastikan risiko laten di level sistem tetap terkendali,” terang Rocky.
Sebagai perusahaan energi yang beroperasi dengan standar internasional, HCML berkomitmen penuh pada keselamatan. Hal ini tercermin dalam target perusahaan yaitu Zero – Zero – Zero yang meliputi Zero Fatality, Zero Tier 1 Process Safety Event, serta Zero Major Accident, termasuk: tumpahan minyak, kecelakaan peralatan dan instalasi, dan kecelakaan akibat huru-hara atau gangguan eksternal. “Target ini tidak hanya menjadi slogan, tetapi menjadi pedoman nyata dalam setiap tingkatan operasi,” tegasnya.
Safety Programs di HCML
Untuk mendukung pencapaian target keselamatan, HCML menerapkan berbagai program dan standar unggulan. Pertama, Stop Work Authority (SWA). Setiap pekerja berhak dan berkewajiban untuk menghentikan pekerjaan jika ditemukan kondisi yang tidak aman. “Ini adalah bentuk empowerment yang menjadi inti budaya keselamatan,” terang Rocky.
Kedua, penerapan 8 Life Saving Rules. Aturan ini menjadi panduan utama dalam mengendalikan risiko yang paling kritis yaitu Hazard Assessment, Permit to Work, Lifting Operations, Working at Height, Energy Isolation, Confined Space, Safe Driving, serta Drug and Alcohol Control. “Aturan-aturan ini membantu memastikan bahwa praktik keselamatan diterapkan secara konsisten di lapangan,” tuturnya.
Ketiga, pemeliharaan dan inspeksi berbasis risiko. HCML menggunakan metode risk-based seperti RBI dan RBM untuk memastikan integritas fasilitas dan mencegah kegagalan peralatan yang bisa memicu insiden besar. Keempat, investigasi insiden yang komprehensif. Setiap insiden maupun near miss dianalisis secara sistematis untuk mengidentifikasi akar permasalahan baik pada aspek manusia (occupational) maupun sistem proses (process safety). Dengan kombinasi antara pemahaman pekerja, program pencegahan yang kuat, serta integrasi yang seimbang antara occupational safety dan process safety, HCML terus meningkatkan standar keselamatan operasinya.
Komitmen terhadap pembelajaran berkelanjutan, penerapan teknologi, dan penguatan budaya keselamatan menjadi fondasi untuk mencegah kecelakaan fatal atau catastrophic. “Bagi HCML, keselamatan bukan sekadar kewajiban operasional, melainkan nilai inti yang membimbing seluruh keputusan dan tindakan organisasi,” pungkasnya.










