PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksi penerbitan surat utang hanya akan mencapai hingga Rp158 triliun pada 2023. Jumlah tersebut lebih rendah ketimbang capaian Rp163,2 triliun pada 2022.
Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo Niken Indriarsih mengatakan pihaknya memproyeksi penerbitan surat utang akan berkisar antara Rp144 triliun hingga Rp158 triliun pada 2023. Jumlah yang lebih rendah dari Rp163,2 triliun yang diperoleh pada 2022.
“Jadi kalo untuk tahun ini proyeksi kami lebih rendah ya,” ujar Niken dalam konferensi pers, Kamis (27/4/2023).
Lebih lanjut, dia mengatakan beberapa sentimen negatif yang akan menghambat penerbitan surat utang adalah ketidakpastian perekonomian global seiring masih terjadinya konflik Rusia-Ukraina. Hal tersebut akan memicu ketegangan geopolitik pada beberapa negara lainnya.
Faktor lainnya adalah terjadinya krisis keuangan pada sektor perbankan seperti bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) dan juga Credit Suisse. Krisis perbankan tersebut memunculkan sentimen negatif dan kekhawatiran akan terjadinya resesi pada negara AS maupun Eropa.
Selain itu, dia juga mengatakan tren siklus penerbitan utang mulai memasuki penurunan pada 2023. Adapun penerbitan surat utang mencapai siklus tertingginya pada 2022.
Situasi politik dalam negeri yang sudah memasuki persiapan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 cenderung membuat investor dalam negeri untuk wait and see. Terlebih Pemilu 2024 akan dilaksanakan tanpa Calon Petahana sehingga pasar menunggu arah kebijakan dari calon pemimpin yang baru.
“Dari sisi prospek atau juga total penerbitan surat utang pada 2023 ini mungkin lebih rendah dibandingkan 2022,” katanya.
Data Pefindo menunjukkan sektor multifinansial dan juga industri bubur kertas dan tisu masih mendominasi penerbitan surat utang pada 2022.
Sektor multifinansial tercatat menerbitkan surat utang hingga Rp27,08 triliun sepanjang 2022. Kemudian disusul oleh sektor industri bubur kertas dan tisu dengan total nilai Rp26,25 triliun.
Adapun realisasi penerbitan surat utang secara nasional mencapai Rp28,12 triliun per kuartal I/2023. Realisasi tersebut lebih rendah 41,4 persen dari realisasi Rp40,35 triliun pada periode yang sama tahun lalu atau secara year-on-year (YoY).