PT Jasa Raharja memiliki visi menjadi perusahaan terpercaya dalam memberikan perlindungan dasar terhadap risiko kecelakaan dengan pelayanan yang terbaik. Jasa Raharja merupakan wakil pemerintah dalam melaksanakan Undang-Undang No. 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungjawaban Wajib Kecelakaan dan Undang-Undang No. 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
Dalam mencapai visinya, Jasa Raharja menjalankan misi menyediakan perlindungan dasar yang terintegrasi secara digital dan didukung human capital yang unggul guna menguatkan stakeholders engagement.
Kepala Divisi Teknologi Informasi dan Komunikasi PT Jasa Raharja, Dwi Sasono menyampaikan bahwa dalam memberikan perlindungan dasar dengan pelayanan terbaik, Jasa Raharja mengintegrasikan berbagai layanan secara digital untuk memberikan layanan kepada masyarakat dengan nilai tambah.
“Di luar teknologi informasi dan komunikasi (TIK), pengembangan human capital serta jalinan komunikasi dan kolaborasi dengan stakeholder menjadi dua hal yang sejalan dengan penerapan integrasi secara digital,” terang Dwi di hadapan dewan juri Indonesia Digital Innovation & Achievement Awards (IDIA) yang digelar secara daring pada Senin (30/10/2023).
Tansformasi digital memang selalu dikembangkan oleh Jasa Raharja yang akan memasuki usia 63 tahun pada Januari 2024. Menurut Dwi, pada lima tahun terakhir, Jasa Raharja bergerak cepat dengan memanfaatkan perkembangan informasi teknologi yang luar biasa. Stakeholder juga berperan penting membantu menumbuhkembangkan transformasi digital di Jasa Raharja.
Dalam mendukung arah tujuan mencapai visi dan misi perusahaan, Jasa Raharja menerapkan strategi TRUST yang merupakan akronim dari Tumbuh menjadi perusahaan asuransi sosial yang terkemuka; Raih keunggulan dengan operational excellence; Upaya menciptakan sinergi dalam ekosistem grup; Sumber daya manusia yang produktif, tanggap, kompeten, inovatif dan berakhlak; Terdepan dalam memberikan layanan yang dapat diandalkan masyarakat.
Sementara strategi bisnis yang diterapkan Jasa Raharja yaitu AGILE yaitu Accelerate peningkatan reputasi atas kehadiran dan manfaat Jasa Raharja; Gain inovasi pelayanan pada fungsi front liner untuk mencapai pendapatan yang optimal; Integrate digitalisasi yang optimal; Leverage investasi dan alokasi aset yang terencana dan terukur; Enhance keselarasan dengan ekosistem Holding BUMN Perasurasan dan Penjaminan.
Jasa Raharja sejak 2020 sudah bergabung dalam Holding BUMN Perasuransian dan Penjaminan yaitu Indonesia Financial Group (IFC). “Bergabungnya Jasa Raharja dengan holding ini diharapkan dapat memperkuat Jasa Raharja dalam menjalankan amanah Undang-Undang Nomor 33 dan Nomor 34 Tahun 1964 dalam perlindungan dasar terhadap korban kecelakaan lalu lintas maupun angkutan umum,” kata Dwi.
Sementara enablers dan functional strategy yang dijalankan Jasa Raharja yaitu pengembangan human capital dan keselarasan pengembangan TIK yang diikuti dengan manajemen keuangan, akuntansi dan pengadaan aset, serta GRC (Governance, Risk and Compliance).
Pada kesempatan tersebut, Dwi menyampaikan quote dari Direktur Utama PT Jasa Raharja, Rivan A. Purwantono bahwa, “Kolaborasi, digitalisasi proses bisnis dan inovasi penting untuk terus dilakukan, karena kalau itu tidak benar-benar dioptimalkan, maka eksistensi kita akan tergerus oleh perkembangan zaman.”
Dalam melaksanakan transformasi digital, Divisi TIK Jasa Raharja memiliki tujuan menjadi penyedia layanan teknologi informasi dan komunikasi yang memberikan nilai tambah dan daya saing perusahaan yang mampu mendukung visi perusahaan.
Dwi memaparkan tiga inisiatif strategis di bidang TIK yaitu melakukan enhancement predictive analytic dashboard dan peningkatan kualitas data sumbangan wajib; enhancement core system yang menunjang implementasi PSAK 74. ”Dua hal ini harus diperkuat oleh pengelolaan infrastruktur TI dengan manage service TI, serta Cybersecurity improvement,” imbuhnya.
Inisiatif strategis Divisi TIK ini diturunkan dalam program kerja berupa core asuransi & penjaminan, data management and analytic, integrasi aplikasi IT, IT cybersecurity improvement, IT operating model, IT service and computation enhancement, serta standardisasi dan modernisasi aplikasi IT.
Dwi juga menyampaikan beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh Jasa Raharja dalam transformasi digital yaitu keamanan data, keamanan perangkat, kebutuhan data yang cepat, kompatibilitas dan integrasi perangkat, keterbatasan jaringan, dan masa pakai perangkat.
“Tantangan ini mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan. Internet of things (Iot) merupakan kesempatan bagi kami untuk dapat mencapai tujuan dan mengelola tantangan ini untuk dapat menjadikannya nilai pencapaian yang jauh lebih baik,” kata Dwi.
Dalam menjalankan proses bisnisnya, Jasa Raharja menekankan adanya perencanaan yang matang, investasi yang tepat, fokus pada keamanan dan privasi, serta kerjasama dengan mitra kerja.
Dalam melaksanakan UU No. 33 Tahun 1964, Jasa Raharja melakukan pengelolaan atau pengumpulan dana dari pemilik angkutan umum yang jumlahnya cukup banyak di Indonesia dengan mekanisme pengutipan yang beragam. Hal ini menjadi tantangan bagi petugas dalam melakukan penagihan dan kontrolisasi. Karena itu, digitalisasi menjadi salah satu solusi.
Jasa Raharja juga mengumpulkan dana dari masyarakat pemilik kendaraan bermotor yang jumlahnya luar biasa. Untuk itu, Jasa Raharja berkolaborasi dengan kepolisian dan Bapenda yang sudah berjalan dengan baik.
Jasa Raharja juga melakukan pencatatan transaksi, pencatatan kendaraan, pencatatan pemilik kendaraan, pencatatan penagihan, jumlah pembayaran, arsip berkas dan lain-lain. “Otomasi terhadap proses bisnis menjadi salah satu upaya kami untuk melakukan pengelolaan terhadap pendapatan,” terang Dwi.
Jasa Raharja juga dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada korban kecelakaan lalu lintas jalan dan angkutan umum. Dalam proses pelayanan klaim, Jasa Raharja berkolaborasi dengan beberapa stakeholder seperti kepolisian, BPJS, Dukcapil serta rumah sakit. Kolaborasi dan integrasi data dibutuhkan sehingga pelayanan dapat dilaksanakan secara optimal.
Jasa Raharja juga mengimplementasikan smart office menangani transaksi keuangan, kepegawaian, persuratan, dokumen, dan monitoring yang dijalankan dengan beberapa aplikasi terkait di internal Jasa Raharja yang terkolaborasi dengan sistem di stakeholder.
Integrasi layanan secara digital ini didukung dengan budaya dan inovasi digital. Perusahaan atau unit kerja dalam perusahaan diajarkan sebuah pedoman inovasi digital untuk mengidentifikasi pain point, mengelolanya dalam pengelolaan manajemen risiko. Selanjutnya dalam proses mitigasi atau pengendalian risiko ada proses ideasi hingga pengembangan inovasi.
Pada 2022, Jasa Raharja mengoperasikan mengaplikasikan sistem JRCare, sebuah ekosistem digital yang menghubungkan antara rumah sakit, penyedia obat, dan lain-lain. Saat ini, sudah ada 577 rumah sakit yang telah mengakses JRCare.
Implementasi JRCare berdampak dari 125.731 jumlah korban dirawat didapatkan selisih rerata biaya rawatan sebelum dan sesudah implementasai JRCare sebesar Rp190.556,- sehingga ada optimalisasi sebesar Rp23,958 miliar.
Jasa Raharja juga memanfaatkan IoT dan big data untuk memonitoring 116 juta pergerakan masyarakat dengan angkutan umum secara realtime melalui monitoring dan reporting dashboard. “Kalau dimonitoring secara manual tidak akan muncul data-data yang cepat, realtime dan valid,” terang Dwi.
Pelaksanaan inisiatif berbasis teknologi yang dilaksanakan Jasa Raharja juga berdampak pada kenaikan pendapatan sebesar 2,98%, meskipun terdampak pandemi Covid-19. Penerapan teknologi juga menyebabkan efisiensi biaya secara umum sebesar 9,25%. Serta, penyampaian santunan yang lebih cepat 10% khususnya untuk korban meninggal dunia.
Menurut Dwi, meskipun di Indonesia masih banyak daerah terisolir dan sebagian masyarakat belum memiliki akun bank, inisiatif digital dan kolaborasi bisa memberikan layanan di bawah dua hari untuk kebenaran validitas kejadian kecelakaan, validitas ahli waris, dan memberkan layanan santunan yang cepat kepada masyarakat. “Jadi ada peningkatan pendapatan, kecepatan layanan secara kualitatif tetap terjaga, dan ada efisiensi yang didapatkan atas inisiatif investasi teknologi informasi dan komunikasi yang diterapkan Jasa Raharja,” pungkas Dwi.
