Businessasia.co.id– Rumah Sakit Keluarga Sehat (KSH) di Pati, Jawa Tengah, terus memperkuat posisinya sebagai pelopor transformasi layanan kesehatan berbasis teknologi digital di Indonesia. Lebih dari satu dekade, KSH telah berinovasi melalui sistem pendaftaran online, smart office, digital pharmacy hingga integrasi rekam medis digital.
Sebagai Rumah Sakit Umum Swasta kelas C dengan kapasitas 199 tempat tidur, KSH memikul visi menjadi digital hospital yang unggul membangun jejaring layanan hulu hilir dengan mengedepankan humanisme dan keselamatan pasien. Transformasi digital bukan sekadar modernisasi sistem, tetapi memastikan pasien menerima layanan yang lebih cepat, akurat, dan memuaskan.
KSH memiliki infrastruktur digital yang matang, mulai dari website, kanal media sosial, hingga aplikasi KSH Online. Deretan penghargaan dari BPJS Kesehatan dan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) menjadi bukti konsistensi KSH dalam mengintegrasikan teknologi pada layanan kesehatan.
Direktur Rumah Sakit Keluarga Sehat, Kelvin Kurniawan menyampaikan bahwa pada 2025, KSH mengembangkan digital pharmacy, sebuah terobosan yang berhasil memangkas waktu tunggu obat dan menurunkan medication error. Berdasarkan data WHO tahun 2017, medication error menyebabkan setidaknya satu kematian/hari dan melukai sekitar 1,3 juta orang/tahun di Amerika Serikat. Di Indonesia, medication error menduduki peringkat pertama dari 10 besar insiden di rumah sakit dengan prevalensi mencapai 24,8% dari seluruh insiden yang dilaporkan.
Sementara, rata-rata waktu tunggu farmasi di KSH pada tahun 2024 mencapai 40 menit untuk obat non racik dan 63 menit untuk obat racik. “Rata-rata waktu tunggu farmasi tersebut melebihi standar nasional yaitu untuk obat non racik 30 menit dan obat racik 60 menit,” terang Kelvin saat penjurian Indonesia Digital Innovation & Achievement Awards 2025 (IDIA Awards 2025) pada Kamis (27/11/2025).
Melihat kondisi ini, KSH menyusun inovasi komprehensif untuk mengubah alur farmasi dari hulu ke hilir melalui penerapan digital pharmacy. KSH mengembangkan digitalisasi farmasi seperti e-resep dan label obat dengan barcode yang terintegrasi dengan e-medical record. “Tujuan kami melakukan digitalisasi farmasi adalah untuk meningkatkan keselamatan pasien dengan menurunkan kejadian medication error. Serta, meningkatkan efisiensi dan kecepatan pelayanan farmasi melalui digitalisasi pelayanan farmasi yang terintegrasi dan meningkatkan kepuasan pasien,” terang Kelvin.
Langkah-langkah digitalisasi farmasi yang dilakukan KSH sejak Juli 2025 antara lain penulisan resep manual berubah ke dashboard di e-medical record. Pemberian antrian manual diubah menjadi sistem notifikasi melalui WA. Pengkajian resep manual juga diubah menjadi digital. KSH juga mengembangkan e-label, serah terima obat menggunakan barcode, serta sarana dan prasarana. Digital Pharmacy ini diimplementasikan mulai September 2025.
Sebelum digitalisasi farmasi diterapkan, mulai dari proses penulisan resep hingga pasien menerima obat memerlukan waktu kurang lebih 40 menit. Proses secara manual ini menyebabkan banyak waktu pasien yang terbuang untuk menunggu dan kemungkinan adanya risiko human error.
Implementasi inovasi digitalisasi farmasi di KSH membuahkan hasil positif. Menurut Kelvin, Zero medication error tercapai selama bulan September-November 2025. Rata-rata waktu tunggu obat non-racik menurun drastis menjadi 15 menit dan obat racik menjadi 30 menit. Selain itu, tidak ada keluhan di layanan farmasi sejak September-November 2025. “Kesimpulannya, digitalisasi sistem farmasi bisa menurunkan angka medication error. Proses pemberian obat di rawat jalan yang terintegrasi mampu mempercepat pelayanan. Terkait kepuasan layanan, pelayanan pasien bisa menjadi lebih cepat, efisien, dan memuaskan,” pungkas Kelvin.










