Businessasia.co.id – Di tengah tantangan industri migas yang sarat risiko, Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) terus menunjukkan komitmen kuat terhadap keselamatan dan keberlanjutan. Di bawah kepemimpinan Avep Disasmita, Presiden Direktur PDSI, perusahaan ini menempatkan HSSE (Health, Safety, Security, and Environment) bukan sekadar kewajiban, melainkan budaya generatif yang tumbuh dalam setiap lini operasional.
“Kami ingin menjadi perusahaan yang mampu delivery HSE Excellent sekaligus memberikan best service quality,” ujar Avep saat penjurian Indonesia Quality, Health, and Safety Environment Awards (IQSA) 2025 yang digelar oleh Majalah Business Asia Indonesia secara daring pada Senin (13/10/2025).
Salah satu kunci agar HSSE menjadi budaya berkelanjutan di PDSI adalah strong leadership. Karena itu, sebagai pimpinan tertinggi di PDSI, Avep menerbitkan “My Safety Leadership Expectation” yang memuat arti safety dan harapannya untuk bersama-sama menjadi team work dalam menjalankan HSSE dengan baik.
Avep juga menerbitkan kartu “Stop Work Authority” yang dilengkapi dengan tanda tangannya. Stop Work Authority memberikan wewenang kepada setiap orang, apapun posisinya untuk berani menyetop pekerjaan jika ada sesuatu yang tidak aman (Unsafe Act atau Unsafe Condition). “Saya selaku pimpinan akan mendukung sepenuhnya,” imbuhnya.
Menurut Avep, berkat Stop Work Authority, salah satu tim-nya sewaktu bekerja di Exxon Mobile mendapatkan penghargaan karena berani menyetop pekerjaan agar tidak terjadi eskalasi insiden yang lebih besar. PDSI juga selalu melakukan sosialiasi kebijakan HSSEQ minimal 4 kali per tahun melalui leadership forum, safety committee, HSE induction pekerja baru, serta dalam bentuk buku saku berisi kebijakan HSE di PDSI. “Yang terpenting bagaimana kami bisa mensosialisasikan dan mengomunikasikan hingga seluruh orang paham dan mengerti apa yang tercantum dalam kebijaksanaan HSSEQ dan sustainability,” tuturnya.
Indonesia Drilling Training Centre
PDSI memiliki lembaga bernama IDTC (Indonesia Drilling Training Centre) yang menyediakan pelatihan, sertifikasi, dan asesmen kompetensi untuk pekerja di industri energi, baik untuk internal maupun eksternal. IDTC didirikan pada 2007 di Indramayu, Jawa Barat untuk membekali tenaga kerja dengan keterampilan yang dibutuhkan di lapangan melalui metode yang menyerupai lokasi pengeboran sesungguhnya, termasuk penggunaan simulator dan instruktur berpengalaman.
IDTC menyediakan fasilitas pelatihan dengan simulator, rig asli, peralatan asli, housing dan peralatan lainnya untuk mengembangkan kompetensi, operasi, dan sertifikasi. IDTC menawarkan berbagai pelatihan dan sertifikasi yang berfokus pada pengeboran minyak dan gas. “Kami memiliki rig khusus dan simulator untuk pelatihan. Kami juga menyediakan sertifikasi internasional karena didukung oleh International Association of Drilling Contractors (IADC) dan Internatonal Well Control Forum (IWCF),” terangnya.
IDTC juga memberikan training masalah HSSE dan beberapa support untuk pekerjaan lainnya. Pada tahun lalu, IDTC menerima peserta dari Tanzania dan Namibia. “Mudah-mudahan kedepan, IDTC menjadi salah satu lembaga excellent, sehingga Indonesia memiliki lembaga drilling bertaraf internasional,” harapnya.
Salam Lima Jari
PDSI sejak tahun 2015 telah menginisiasi “Salam Lima Jari” untuk meningkatkan budaya keselamatan. Salam Lima Jari meliputi faktor kepemimpinan, keselamatan berbasis perilaku, keamanan ekselen, sistem pengendalian mutu peralatan, dan pengeboran ramah lingkungan. “Salam Lima Jari tidak hanya diartikan bahwa kita harus benar-benar bisa melindungi dan menghindari insiden, tetapi di dalam Salam Lima Jari ada lima hal penting yang menjadi landasan pacu bagi budaya keselamatan di PDSI,” terang Avep.
Salam Lima Jari kemudian diselaraskan dengan budaya AKHLAK yang dicanangkan pada 2018. Budaya AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif) merupakan nilai-nilai inti yang menjadi landasan etika dan perilaku bagi seluruh karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Jadi di dalam implementasi, budaya AKHLAK bisa inline dengan Salam Lima Jari. Setiap poin di AKHLAK selalu ada poin HSSE sehingga di lapangan mereka paham apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Poin yang ada di budaya AKHLAK sekaligus menguatkan budaya Salam Lima Jari yang sudah dimiliki PDSI,” terang Avep.