BusinessAsia Indonesia– Memperingati Hari Bumi Internasional, perusahaan konsultan merek dan analisa data konsumen dari Inggris yaitu Kantar Indonesia menggelar Webinar bertajuk “Meaningful Sustainability in Indonesia”, (22/04). Acara ini merupakan bentuk komitmen Kantar untuk berkontribusi dalam gerakan keberlanjutan (sustainability) dan mendukung para kliennya yaitu pelaku usaha lokal maupun manacanegara dalam mengembangkan bisnisnya di Indonesia, dengan mengedepankan aksi keberlanjutan dalam transformasi merek serta usahanya.
Webinar yang dihadiri tak kurang dari 200 peserta ini mendatangkan narasumber yang ahli di bidangnya serta praktisi kehidupan berkelanjutan, seperti; Reza Andreanto, Sustainability Manager dari Tetra Pak, perusahaan pengemasan dan pemrosesan makanan multinasional yang mempunyai komitmen serius terhadap kemasan yang berkelanjutan; Eki Setijadi, Co-founder dan COO dari Jangjo, sebuah platform dan fasilitator pengelolaan sampah yang bertujuan membangun kesadaran seputar sampah dan menginspirasi desentralisasi pemilahan sampah dan daur ulang yang efisien; serta Brenda Cynthia Atmadja, PR & Partnership dari Siklus, sebuah perusahaan yang bertujuan menciptakan kembali masa depan ritel dengan mengirimkan isi ulang kebutuhan sehari-hari dari pintu ke pintu, tanpa sampah plastik.
Hadir juga Andi Moehammad Ichsan, CEO dari Octopus Indonesia, sebuah platform ekonomi sirkular yang membantu produsen melacak dan mengumpulkan kemasan bekas pakai. Diskusi para panel ahli ini, dipimpin oleh; Jonathan Hall, Managing Partner for Sustainable Transformation Practice of Kantar sebagai moderator. Adapun diskusi panel di acara ini memfokuskan pada kesenjangan antara nilai dan tindakan nyata (value-action gap) dari konsumen Indonesia mengenai keberlanjutan.
“Konsumen Indonesia telah memiliki kesadaran dalam gerakan berkelanjutan. Hal ini dibuktikan dari hasil laporan Kantar Sustainability Foundational Study yang menunjukkan bahwa 72% orang Indonesia mempertimbangkan ‘keberlanjutan’ ketika berbelanja, setidaknya sesekali. Karena itu, penting untuk memahami sikap dan perilaku konsumen Indonesia terkait keberlanjutan untuk menentukan strategi yang tepat bagi pengembangan merek dan bisnis. Adapun masyarakat Indonesia memiliki keinginan dan niat yang besar untuk mengambil tindakan keberlanjutan yang nyata, namun pada kenyataannya hal tersebut belum didukung dengan perilaku yang sesuai,” jelas Suresh Subramanian, Managing Director of Insights Division Kantar Indonesia seperti dilansir dalam siaran pers, (22/4).
Adapun Nadya Ardianti, Head of Client Engagement & Sustainability Practice Lead, Insights Division Kantar Indonesia menegaskan, “Mengambil tindakan berkelanjutan yang tepat tidak selalu mudah bagi orang Indonesia; Konsumen Indonesia menghadapi hambatan besar dan berat – terutama seputar ketersediaan dan keterjangkauan pilihan yang lebih ramah lingkungan dan kurangnya informasi dan interaksi dengan produk yang berkelanjutan. Dengan mengatasi masalah ini, kami berharap dapat mengurangi kesenjangan antara nilai dan tindakan nyata dari konsumen Indonesia, sehingga dapat memudahkan dan menarik konsumen Indonesia untuk membuat pilihan yang berkelanjutan.”
Sedangkan Reza Andreanto Sustainability Manager dari Tetrapak menegaskan, “Kita semua mengetahui adanya kesenjangan antara nilai dengan tindakan di beberapa praktik keberlanjutan, seperti dalam hal pengelolaan sampah. Oleh karena itu, sejak tahun 2005, Tetra Pak di Indonesia secara aktif terlibat dan bekerja sama dengan mitra pengumpulan sampah serta industri daur ulang untuk memastikan bahwa karton minuman pasca-konsumsi / bekas dikumpulkan dan dikirim untuk didaur ulang.”
Sementara itu, Eki Setiaji, Co-Founder and Chief Operation Officer dari Jangjo menambahkan, “Para pebisnis harus mengubah perspektif mereka tentang keberlanjutan. Keberlanjutan harus dianggap bukan sebagai beban bagi bisnis, namun, hal tersebut dapat dijadikan sebagai peluang dalam mengembangkan bisnis.”
Asal tahu saja, hasil riset Kantar Sustainability Foundational Study juga menemukan bahwa konsumen Indonesia paling bersedia menggunakan / membeli kemasan / produk yang dapat digunakan kembali. Sementara, mengurangi pemborosan makanan dan energi, serta membeli produk lokal atau berkelanjutan adalah perubahan lain yang paling mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Di sisi lain, moderasi konsumsi dan pengurangan penggunaan kendaraan pribadi adalah tindakan berkelanjutan yang masih membutuhkan lebih banyak upaya. Adapun Kantar Sustainability Foundation Study membantu merek dan pelaku usaha membuat rencana aktivasi untuk target market yang berbeda. Di Indonesia sendiri, 54% konsumen berada pada titik kritis dari tindakan berkelanjutan. Kelompok konsumen ini tidak percaya bahwa mereka dapat membuat perbedaan. (*/red)