Jakarta, Business Asia – Peran digital trust semakin menonjol dalam mendorong pertumbuhan keuangan digital Indonesia. Hal ini tampak jelas dalam gelaran Indonesia Digital Bank Summit (IDBS) 2025, yang diinisiasi Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Selasa (19/8/3025).
Forum strategis tersebut menekankan pada keamanan dan kepercayaan digital tidak hanya ditopang oleh regulasi dan teknologi, tetapi juga oleh penyedia layanan identitas digital tepercaya.
Di tengah tantangan tersebut, perusahaan rintisan tanda tangan elektronik (TTE) tersertifikasi Privy sebagai Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) mendapat sorotan penting. Privy memastikan otentikasi identitas digital dan keaslian dokumen elektronik berjalan aman, sah, dan tepercaya.
“Membangun digital trust bukan hanya soal teknologi, tetapi juga kolaborasi dan kepatuhan. Dengan identitas digital yang sah dan diakui negara, masyarakat maupun industri dapat bertransaksi dengan lebih aman dan percaya diri,” ujar CEO Privy Marshall Pribadi melalui keterangan tertulis, Jumat (22/8/2025).
Marshall yang juga Wakil Ketua Umum I AFTECH menambahkan, sertifikat elektronik dari Privy menghadirkan jaminan keamanan dan kenyamanan, khususnya bagi industri jasa keuangan yang mengandalkan kepercayaan sebagai fondasi utama.
“Identitas digital berbasis sertifikat elektronik dari PSrE seperti Privy menghadirkan jaminan keamanan sekaligus kenyamanan, khususnya bagi industri jasa keuangan,” imbuhnya.
Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia semakin kuat, dengan nilai mencapai USD 90 miliar pada 2024. Bank Indonesia mencatat transaksi QRIS Rp317 triliun hingga kuartal II 2025, meningkat 121 persen dibanding tahun lalu. Angka ini menunjukkan semakin besarnya adopsi layanan digital, terutama di sektor UMKM.
Namun agar pertumbuhan ini berkelanjutan, digital trust harus menjadi fondasi utama. Tanpa kepercayaan pada identitas digital dan keaslian transaksi, inovasi keuangan berbasis teknologi tidak akan mampu mendorong ekonomi secara optimal.
Sementara itu, Deputi Komisioner Pengawas Bank Swasta OJK, Indarto Budiwitono mengingatkan, digitalisasi perbankan membawa tantangan serius pada aspek keamanan. “Bank perlu mengembangkan strategi digital yang agile dan terukur, tidak hanya dalam aspek efisiensi saja, namun hal tersebut sebagai jawaban atas ekspektasi nasabah yang semakin kompleks,” ujarnya.
Menurut Indarto, era digitalisasi di satu sisi mampu mengubah layanan industri jasa keuangan menjadi lebih cepat dan efisien. Namun di sisi lain memberikan tantangan antara lain berupa tingginya potensi serangan Siber. Untuk itulah diperlukan investasi berkelanjutan dalam keamanan siber, analitik data, cloud dan AI. Tujuannya adalah menjaga kepercayaan publik serta keberlangsungan bisnis bank.
Ketua Umum AFTECH, Pandu Sjahrir menegaskan, IDBS 2025 bukan sekadar forum dialog, tetapi ajang merumuskan solusi konkret untuk kemajuan ekosistem digital Indonesia yang tepercaya.
“Tahun ini kami fokus pada tiga keluaran utama yakni penguatan ketahanan siber dan pencegahan scam berbasis intelijen bersama, desain produk keuangan yang benar-benar inklusif bagi UMKM dan masyarakat underserved, serta arsitektur kolaborasi yang berkelanjutan,” jelasnya.
Pandu menambahkan, dengan demikian keuangan digital yang tepercaya akan berfungsi sebagai fondasi fundamental bagi pertumbuhan ekonomi yang aman, adil, dan berkelanjutan. Selain itu dapat mendorong realisasi target pertumbuhan ekonomi nasional menuju 8%.