PT Asian Bulk Logistics (ABL) merupakan perusahaan penyedia solusi logistik dan infrastruktur laut terintegrasi berkelas dunia yang didirikan pada tahun 2010 di Jakarta. ABL menyediakan solusi logistik dan transportasi terintegrasi untuk industri pertambangan dan komoditas, termasuk transhipment, barging, bongkar muat, dan lain-lain.
Untuk mendukung bisnis perusahaan terutama meningkatkan keselamatan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam operasi maritim, ABL melakukan transformasi digital dan pemanfatan teknologi baru seperti artificial intelligence (AI) dan internet of things (IoT).
Chief Technology Officer ABL, Arief Setiawan mengatakan bahwa core bisnis ABL meliputi port management, barging, transhipment, dan ocean-going vessels dengan area operasi di Indonesia, Afrika, and Australia.
Pada 2023, ABL mengakuisisi One Rail Australia, operator kereta logistik terbesar di Australia yang mengangkut batubara dan mangan. One Rail Australia beroperasi di New South Wales dan Queensland dengan costumer diantaranya Glencore, Yancoal, dan Peabody.
Saat ini, ABL mengelola 11 floating crane, 5 ocean-going vessels, lebih dari 80 tug and barges, 11 assist tugs, dan aset-aset lainnya. Armada ABL biasanya mengangkut dry bulk seperti mangan, thermal coal, coking coal, nikel, bauksit, dan iron ore.
Arief menyampaikan bahwa industri logistik tergantung pada kontrak. ABL telah memiliki beberapa kontrak jangka panjang hingga 2030, sehingga revenue dari bisnis ini sudah secure.
“Selain mendapatkan kontrak baru, tantangan manajemen adalah bagaimana mengefisienkan operasional. Manajemen harus fokus mengefisienkan sistem dan infrastruktur maupun tools untuk membantu agar perusahaan lebih efisien,” terang Arief saat penjurian Indonesia Digital Innovation & Achievement Awards (IDIA) 2024 yang digelar oleh Business Asia Indonesia.
Saat pertama kali bergabung dengan ABL pada 2023, Arief membuat Roadmap IT 2023-2026. Pada 2023, ABL fokus membangun Enterprise Foundation Preparation untuk mendukung berjalannya proses transformasi digital.
Enterprise Foundation Preparation ini meliputi Cyber Security Assessment, Integrasi Antar Sistem, Vessel Operation System Pilot, Pilot Operation Predictive Dashboard, Captain’s Eye, Crew Performance Management System, Operational War Room, dan Pilot of WhatsApp Incident Reporting.
Pada 2024, ABL fokus pada Enterprise Foundation Implementation seperti Cyber Security Implementation, Operation System Roll Out, Marine Eye Roll Out, Integrated Plant Maintenance, IoT Cloud Assessment, Contract Management, AI for Maintenance Operation, Corporate Website revamp, Data Lake Assessment, serta SAP Roll Out and Improvement.
“Pada 2025 rencananya kita masuk ke Enterprise Analytics untuk menganalisa data yang telah kita kumpulkan pada dua tahun sebelumnya. Kita juga akan mulai menggunakan Gen AI untuk menganalisa data,” terang Arief.
Selanjutnya pada 2026, ABL akan masuk ke Enterprise Intelligence untuk Profitability and Cost Management System Implementation, Project System Implementation, Dry Dock Maintenance System Implementation, ABL SuperApp Implementation, Gen AI Assisted Analytics, dan lain-lain.
Pada kesempatan tersebut, Arief memaparkan beberapa inovasi dan transformasi digital yang telah diimplementasikan ABL. Misalnya Spinergie, sistem operasi dari core operation ABL untuk memonitor posisi kapal dan apa yang sedang dilakukan, berapa banyak yang sudah diangkut, berapa banyak bahan bakar yang digunakan, dan lain-lain.
ABL juga memasang Captain’s Eye, kamera yang menggunakan AI-based software di server yang ada di masing-masing kapal yang memungkinkan untuk mengidentifikasi kondisi-kondisi tertentu untuk mencegah potensi insiden atau kecelakaan
“Di setiap kapal ada 15 titik kamera yang akan mengirimkan data video yang akan dianalisa apakah terjadi sesuatu yang melanggar aturan keamanan seperti tidak menggunakan helm dan lain-lain,” terang Arief.
Selain Captain’s Eye, ABL juga memasang AI Camera di cabin crane untuk memonitor operator crane dan mencegah kecelakaan yang disebabkan oleh kelelahan. Sistem inovatif bertenaga AI ini akan memantau kewaspadaan operator dan memberikan intervensi tepat waktu.
“Kami memasang kamera di cabin crane yang berada di kapal dan posisinya tinggi. Operator sendirian diatas, saat lelah atau mengantuk tidak ada yang mengingatkan. Kita coba mengotomatisasi menggunakan kamera untuk meng-capture kondisinya, kalau operator terpantau mengantuk maka alarm akan berbunyi,” terang Arief.
ABL juga melakukan SAP Upgrader untuk mengintegrasikan dan mengoptimalkan Enterprise Resource Planning (ERP) sehingga lingkungan digital yang terpadu dan saling terhubung.
Terkait keamanan siber, pada 2023, ABL bersama Deloitte melakukan asesmen terhadap kondisi cyber security maturity. Karena hasil asesmen memang kurang memuaskan, ABL dan Deloitte melakukan formulasi yang menghasilkan quick win, serta beberapa tahapan implementasi mulai dari short term (2004), mid term (2025) dan long term (2026).
Langkah pertama yang dilakukan ABL adalah mengimplementasikan Crowdstrike, solusi end point protection untuk mencegah serangan siber seperti ransomware, malware, phishing, dan lain-lain. Crowdstrike memberikan solusi terkait keamanan siber menggunakan AI Powered Threat Detection, Automated and Intelligent Response, dan lain-lain.
“Kondisi cyber security maturity kami saat ini harusnya sudah membaik dibandingkan sebelumnya meskipun kita belum melakukan assessment ulang,” ujar Arief.
Untuk mendukung penerapan berbagai inovasi dan teknologi digital, ABL sempat memiliki kendala untuk mendapatkan koneksi internet berkecepatan tinggi di tengah laut. “Akhirnya kita memakai Starlink setelah beberapa provider yang menyediakan koneksi internet kurang begitu bagus hasilnya,” tutur Arief.
Untuk memaksimalkan dan efisiensi operasional floating crane, ABL menerapkan IoT and AI-Driven Maintenance, sistem pemeliharaan berbasis IoT yang inovatif. Sistem ini menggunakan sensor getaran dan oli yang terpasang pada komponen penting seperti generator dan crane. Data yang terdeteksi oleh sensor akan dianalisis untuk memperkirakan kebutuhan pemeliharaan sebelum meningkat menjadi kerusakan yang mahal.
Menurut Arief, solusi ini awalnya dipicu karena terjadi kerusakan di salah satu genset akibat adanya kontaminan di dalam oli, sehingga menyebabkan kerugian yang tidak sedikit karena mesin harus down.
“Meskipun masih skala pilot, hasil penerapan IoT and AI-Driven Maintenance sudah cukup memuaskan dan akan kami aplikasikan di semua kapal pada 2025,” imbuh Arief.
Untuk manajemen pengelolaan kapal, ABL menerapkan Integrated Smart Fleet Management sebuah sistem yang bisa mengoptimalkan tingkat pemuatan, konsumsi bahan bakar, dan lain-lain. Sistem ini juga bisa melakukan pelacakan lokasi kapal, serta pemantauan dan pelaporan aktivitas secara real-time.
Untuk mendapatkan informasi dari seluruh sistem yang telah diterapkan, ABL menyiapkan Centralized Data Lake for Maritime Insights untuk menampung semua data dari sistem tersebut. Rencananya dari data-data tersebut akan dibuatkan dashboard yang bisa dikonsumsi oleh manajemen dengan menggabungkan data dari multiple system.
“Implementasi selanjutnya, kita targetkan bukan hanya berhenti di dashboard, kita juga mulai masuk pada penggunaan Gen AI untuk menganalisa data,” pungkasnya.