Jakarta, Business Asia – Putera Sampoerna Foundation (PSF) kembali menegaskan komitmennya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui kampanye #StandWithTeachers dalam rangka Hari Guru Nasional.
Kegiatan ini menghadirkan Talkshow Inspiratif bertema Stand With Teachers: Mendukung Guru Mengejar Mimpi di Luar Kelas serta Teacherpreneur Workshop yang bertujuan membekali guru agar mampu mengembangkan peluang usaha dari keahlian, pengalaman, dan passion mereka, baik di bidang pendidikan maupun non-pendidikan.
Melalui kampanye ini, PSF meyakini bahwa ketika guru diberi ruang, akses, dan dukungan untuk terus bertumbuh, mereka tidak hanya mampu meningkatkan kualitas hidup serta kesejahteraannya sendiri. Lebih dari itu, guru juga memegang peran strategis dalam membentuk ekosistem pendidikan lebih kuat, adaptif, dan relevan dengan perkembangan zaman. Pada akhirnya, pemberdayaan guru akan berdampak langsung pada penguatan karakter, pola pikir, dan daya saing generasi penerus bangsa.
Akan tetapi, berbagai indikator menunjukkan bahwa dukungan terhadap profesi guru terbilang masih belum memadai. Bahkan, belum menjadi prioritas dalam kebijakan maupun perhatian publik. Data dari CEIC tahun 2022-2023 menunjukkan bahwa hanya sekitar 38 persen guru sekolah menengah di Indonesia yang telah menerima pelatihan minimum wajib, sementara banyak guru masih hidup dengan penghasilan di bawah standar hidup layak.
Kondisi ini menandakan adanya kesenjangan besar antara peran krusial guru dan tingkat dukungan yang mereka terima. Sehingga, diperlukan perhatian serta dukungan lebih besar dari seluruh pemangku kepentingan.
“Kami hadirkan kampanye #StandWithTeachers pada momentum Hari Guru Nasional ini, karena kami melihat bahwa guru memegang peran sangat besar dalam membentuk masa depan bangsa justru belum mendapatkan dukungan optimal terhadap kesejahteraan dan pengembangan diri. Apalagi, alih-alih menjadi fondasi utama kualitas pendidikan Indonesia, masih banyak guru yang menghadapi keterbatasan, baik dari segi pelatihan, peluang berkarya, bahkan kemandirian finansial,” kata Juliana selaku Head of Program Development and Guru Binar, Putera Sampoerna Foundation.
Hadirnya kampanye sekaligus acara ini turut diapresiasi oleh Kementerian Pendidikan Dasar & Menengah Republik Indonesia (Kemendikdasmen RI), yang secara konsisten mendukung pengembangan profesi guru sekaligus peningkatan kualitas pendidikan melalui program-program yang telah disiapkan.
“Kami melihat bahwa masih banyak guru, khususnya di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), yang belum memiliki kualifikasi dan kesejahteraan yang layak. Meski sudah ada beberapa program dari Kemendikdasmen untuk memfasilitasi mereka yang ada di daerah, kami tidak bisa bekerja sendiri untuk menuntaskan permasalahan ini. Untuk itulah, kami mengapresiasi upaya mitra kami, seperti PSF yang secara konsisten mendukung pengembangan para guru di Indonesia, sehingga bisa menumbuhkan pola pikir berkembang, semangat belajar seumur hidup, resiliensi, serta dedikasi dalam diri mereka untuk mendorong terciptanya generasi emas Indonesia 2045,” jelas Dr. Drs. Rachmadi Widdiharto selaku Direktur Guru Pendidikan Dasar, Kemendikdasmen RI.
Salah satu inisiatif utama Putera Sampoerna Foundation (PSF) dalam pengembangan kompetensi guru diwujudkan melalui Guru Binar, sebuah platform pelatihan berbasis teknologi yang menyediakan akses pembelajaran, pendampingan, serta penguatan kompetensi pedagogik dan digital bagi para guru.
Melalui program ini, para pendidik juga didorong untuk membangun kemandirian dalam berkarya, membuka peluang baru, serta mengembangkan potensi diri, baik di dalam maupun di luar kelas. Inisiatif ini menjadi bagian dari komitmen PSF dalam membangun ekosistem pendidikan berkelanjutan dan memberdayakan.
Anti Siti Sofhianti, salah satu Guru Binar Ambassador asal Karawang, membagikan pengalaman dirinya yang tidak hanya aktif sebagai profesional pendidikan selama 10 tahun, tetapi juga sebagai praktisi coaching profesional di tingkat daerah maupun nasional.
“Berhubung saya senang mengajar di kelas, saya ragu dan khawatir bagaimana saya bisa memfasilitasi sesama guru yang ada di luar daerah bahkan di provinsi luar. Mulai dari menentukan format kelas, membuat video pembelajaran yang menarik, hingga menyusun kuis-kuis dengan tenggat waktu yang singkat di tengah tugas utama saya sebagai guru. Tapi, saya merasa terbantu dengan adanya sesi live coaching Guru Binar yang bisa diikuti secara daring, di mana saya bisa berbagi pengalaman sekaligus masukan yang membangun dari para guru lainnya,” cerita Anti.
Kisah Anti mencerminkan bagaimana peran guru kini semakin berkembang, tidak lagi terbatas di ruang kelas semata. Di era digital, banyak pendidik yang mulai memperluas dampaknya melalui berbagai medium, termasuk konten kreatif dan platform edukasi berbasis teknologi. Transformasi inilah yang juga dialami oleh Praktisi Pendidikan Dasar & CEO Smartick Indonesia, Galih Sulistyaningra, yang memulai perjalanannya sebagai guru SD sebelum kemudian berkembang sebagai content creator di bidang pendidikan.
“Bagi saya, media sosial bisa menjadi alat advokasi untuk menunjukkan kepada publik bagaimana pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab guru saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab orang tua, pemerintah, dan masyarakat. Sebagai contoh, saya sering mengajak siswa-siswi di kelas untuk berpikir kritis tentang isu-isu umum seperti kekerasan ataupun hak masyarakat adat. Tidak hanya itu, saya juga sering mengangkat isu-isu nyata dan dialami siswa-siswi di kelas, seperti sering absen karena harus membantu orang tua berjualan,” ujar Galih.
Galih juga membagikan beberapa tips yang bisa diikuti para guru yang ingin mulai berkarya secara mandiri di luar kelas. Diantaranya:
- Kembangkan kompetensi yang relevan
Galih menyampaikan bahwa seorang guru perlu mengasah kemampuan, baik hard skill maupun soft skill, sesuai tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, untuk meningkatkan kemampuan public speaking, pelajari materi secara mendalam dan tingkatkan kemampuan bahasa Inggris untuk memperluas referensi. Contoh lainnya adalah jika ingin menjadi seorang content creator, selain menguasai kemampuan mengedit video, pahami juga aspek privasi anak dan keamanan digital.
- Hindari multitasking
Galih menyarankan untuk menghindari mengerjakan banyak hal sekaligus agar hasil karya menjadi lebih optimal. Terapkan time blocking untuk mengatur waktu secara efektif dan maksimal. Seperti, menjadwalkan waktu khusus di akhir pekan untuk fokus pada satu kegiatan produktif tanpa distraksi.
- Bergabung dengan komunitas terkait
Untuk guru bisa mempertimbangkan mengikuti komunitas guru seperti Guru Binar. Galih menjelaskan, dengan mengikuti komunitas, para guru bisa saling berbagi pengalaman, berdiskusi, sekaligus belajar bersama sesama pendidik.
- Miliki support system
Memiliki support system yang kuat, baik dari keluarga, rekan kerja, maupun komunitas, sangat penting untuk mendukung produktivitas sekaligus pengembangan karier guru. Galih bercerita bahwa dirinya memiliki suami yang selalu hadir untuk membantu perjalanan dan usahanya sebagai content creator di bidang pendidikan.
- Pahami kebijakan daerah
Setiap daerah memiliki kebijakan pendidikan yang berbeda-beda. Untuk itu, Galih menyarankan untuk memahami peraturan otonomi daerah tempat bertugas akan membantu guru mengambil keputusan yang tepat dalam pelaksanaan tugas, baik di dalam maupun di luar kelas.
Rangkaian kegiatan ditutup dengan Teacherpreneur Workshop bertema “Guru Bermimpi, Guru Berdaya: Buka Peluangmu di Luar Kelas” yang dibawakan oleh Dewi Meisari Haryanti, Founder UKMINDONESIA.ID.
Workshop ini menjadi ruang bagi para guru untuk memahami cara meningkatkan kesejahteraan melalui manajemen keuangan yang baik sekaligus mencari penghasilan tambahan mulai dari komisi penjualan, menawarkan jasa, hingga menjual konten materi pembelajaran. Semua ini bisa tercapai dengan langkah-langkah sederhana, seperti berani menuliskan cita-cita, menyusun anggaran kehidupan, dan pasang target peningkatan penghasilan.
Melalui kegiatan ini, PSF menegaskan komitmennya untuk mendorong masyarakat mengubah apresiasi terhadap guru menjadi aksi nyata berupa solidaritas dan dukungan yang dapat dirasakan secara langsung.
“Kami berharap agar para guru di Indonesia bisa semakin berani dalam mengeksplorasi potensi diri, baik dalam mengajar maupun dalam berkarya, berbisnis, serta mengembangkan minat mereka. Sehingga, mereka dapat menjadi pribadi yang lebih mandiri, percaya diri, bahkan berdaya. Selain itu, peran mereka sebagai agen perubahan dapat terus menyala di tengah dinamika zaman sekarang ini,” tutup Juliana.









