Rabu, 2 Juli 2025
E-MAGAZINE
Business Asia
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Business
  • Figure
  • Teknologi
  • Lifestyle
  • Internasional
  • Indeks
  • Home
  • Berita
  • Business
  • Figure
  • Teknologi
  • Lifestyle
  • Internasional
  • Indeks
No Result
View All Result
Business Asia
No Result
View All Result
Home Berita

PYC: Human Capital Kunci Sukses Transisi Energi

27 Maret 2024
in Berita
PYC: Human Capital Kunci Sukses Transisi Energi
0
SHARES
4
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
ADVERTISEMENT

Ketua Umum Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Filda Citra  Yusgiantoro menyatakan, human capital  atau modal manusia kompeten yang berdaya saing dan tempat kerja menjadi kunci sukses prosesi transisi energi di Indonesia.  Disebutkan, transisi energi  selain membutuhkan  kebijakan pemerintah yang mumpuni,  juga  investasi dalam jumlah besar, kemajuan teknologi, komitmen internasional, pendidikan,  dan pelatihan.

“Banyak  aspek yang  menjadi perhatian pada sisi sumber daya manusia dalam energi.  Kita harus ingat bahwa pekerjaan hijau memberikan banyak peluang dan human capital menjadi kuncinya,” kata Filda saat memimpin sesi “Preparing Human Capital for Energy Transition” pada hari kedua Konferensi Energi Internasional yang diselenggarakan di Hotel Luwansa, Jakarta, pada Sabtu (16/9/2023).

Konferensi dwitahunan  yang berlangsung pada 15-16 September 2023,   dibuka secara resmi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, dihadiri  Pendiri PYC sekaligus mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro,  Ibu Lis Yusgiantoro, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia (Mendikbudristek), Duta Besar Kerajaan Malaysia untuk Republik Indonesia (RI) Dato’ Syed Md Hasrin Tengku Hussin, dan Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, dan para peserta konferensi baik dari dalam maupun luar negeri.

Para pembicara  sesi  “Preparing Human Capital for Energy Transition”  terdiri atas Eric Roeder  yang bekerja sebagai Technical Specialist on Green Jobs, Climate Action and Resilience through Just Transition – Asia Pacific Region, International Labor Organization (ILO) berkedudukan di Thailand, Anindito Aditomo  (Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek), Roberto Rossi  (Cluster President of Indonesia and Timor Leste, Schneider Electric berkedudukan di  Indonesia), dan  Guru Besar  Institut Teknologi Bandung (ITB) Djoko Santoso.

Filda mengungkapkan,  di berbagai negara pekerjaan hijau (green job) yang mendukung pelestarian lingkungan memberikan banyak peluang  menguntungkan. Di sisi lain, kata dia, dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya, Indonesia dinilai tertinggal dalam hal kesiapan kebijakan untuk pekerjaan hijau, terutama  pada area  terkait dengan pasokan tenaga kerja.  “Saya bersyukur, meskipun agak terlambat,  Indonesia seperti banyak negara  lainnya, saat ini mulai mengakui pentingnya mitigasi perubahan iklim dan transisi ke sumber energi yang lebih bersih. Transisi energi erat kaitanya dengan ketahanan dan kemandirian energi,” kata Filda.

Hal senada juga diungkapkan Eric Roeder,  Technical Specialist on Green Jobs, Climate Action and Resilience through Just Transition – Asia Pacific Region, International Labor Organization (ILO) berkedudukan di Thailand.  Ia juga mengapresiasi langkah-langkah konkret yang ditempuh Pemerintah Indonesia dalam  memitigasi perubahan iklim dan transisi ke sumber energi lebih bersih. “Kebijakan yang baik. Semua pihak harus berada di garda terdepan untuk  memperlambat percepatan perubahan iklim global,” kata Erick.

Integrasi Digital

Sementara itu, Roberto Rossi  selaku  Cluster President of Indonesia and Timor Leste, Schneider Electric – Indonesia mengungkapkan bahwa dalam Elektrisitas 4.0, integrasi digital dan listrik akan menciptakan keberlanjutan pembangunan di segala bidang.

Ia mengatakan, diperlukan langkah-langkah nyata untuk  meningkatkan kualitas modal manusia untuk memenuhi kebutuhan keterampilan hijau.  “Kita perlu melengkapi tenaga kerja Indonesia, baik yang ada saat ini maupun  akan datang, dengan keterampilan hijau. Pengetahuan, kemampuan, nilai, dan sikap yang diperlukan untuk hidup, mengembangkan, dan mendukung masyarakat yang berkelanjutan dan efisien sumber daya,” kata Roberto.

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo  mengungkapkan bahwa dari segi pendidikan di Indonesia, perubahan iklim belum sepenuhnya dimasukkan ke dalam kurikulum dan kesadaran masyarakat tentang perubahan iklim masih bervariasi.

Menurut Anindito, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)  akan fokus pada modal manusia, seperti mengintegrasikan konten perubahan iklim ke dalam kurikulum baru (Kurikulum Merdeka), mempelajari perubahan iklim di Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Vokasional, serta meningkatkan kesadaran masyarakat.

Rencana selanjutnya, kata dia, adalah memodifikasi standarisasi bangunan sekolah dan pemanfaatan Dana Alokasi Khusus fisik, Pengelolaan Kampus yang Ramah Lingkungan, dan menargetkan transformasi karbon rendah di kantor internal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.  “Peran guru sangat penting dalam memastikan terlaksananya pendidikan perubahan iklim. Perguruan Tinggi mempunyai peran terkait transisi energi dengan mengurangi CO2 (karbon dioksida) melalui kerangka penelitian, pendidikan, pelatihan, teknis, keselamatan, ekonomi dan peraturan untuk meningkatkan penerapan Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS),” kata Anindito.

Dewan PYC Alex Wibowo : Diperlukan Kolaborasi Sinergis dalam Penyusunan Kebijakan Transisi Energi

Dewan Pengawas  PYC  Alexander E. Wibowo menegaskan, diperlukan kolaborasi sinergis yang melibatkan  pemerintah, akademisi, dan sektor swasta sebagai pengguna dalam penyusunan  kebijakan transisi energi yang efektif di Indonesia.

Pemerintah menargetkan  Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada bauran energi nasional di tahun 2025. Kebijakan ini menjadi  komitmen  Indonesia  untuk mengurangi emisi hingga 29% pada tahun 2030, “Diperlukan regulasi yang menjadi acuan sektor energi baru dan terbarukan (EBT). Efisiensi energi nantinya akan memainkan peran signifikan dalam pemulihan ekonomi pada era endemi, saat ini,” kata Alex.

Alex mengungkapkan,  ada tiga hal pokok yang menjadi kunci keberhasilan pengembangan industri  menuju transisi energi  hijau.  Pertama,  kebijakan rencana pembangunan energi nasional, pajak karbon, CFPP, insentif kendaraan listrik, dan pengembangan hidrogen. Kedua,  kerja sama dalam penyusunan strategi transisi energi untuk menjaga kualitas dan keandalan.

“Ketiga, dalam kaitannya dengan transportasi berkelanjutan, tata kelola pemangku kepentingan adalah hal yang krusial. Ini untuk memastikan bahwa pembuat keputusan menerima data untuk penyusunan kebijakan bagi berbagai pasar, seperti perjalanan urban, transportasi darat dan laut, termasuk kendaraan listrik, hidrogen, dan hybrid,” kata dia.

Menurut Alex,  kebijakan pemerintah  sangat diperlukan dalam mengeksplorasi dan berbagi strategi  mempercepat  transisi energi dari sisi permintaan. “Harus fokus  pada pendekatan inovatif untuk meningkatkan efisiensi energi dan mendorong penerapan praktik energi berkelanjutan secara luas.  Aspek ini harus diterapkan  pemerintah, akademisi, dan para  pemangku kepentingan yang terkait,” kata dia.

Inka Yusgiantoro: Indonesia Butuh US$ 30-110 Miliar Wujudkan Transisi Energi

Dewan Pengawas PYC   Inka B. Yusgiantoro mengatakan, Indonesia memerlukan dana sekitar US$ 30 – 110 miliar untuk mewujudkan transisi energi yang inklusif dan berkelanjutan di dalam negeri. “Pembiayaan multilateral menjadi kunci utama untuk mewujudkan transisi energi di Indonesia.  Kita dapat mengintegrasikan pembiayaan multilateral dengan model Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) sebagai alternatif  inovatif yang  bermanfaat  menuju masa depan energi berkelanjutan,” ujar Inka.

Inka menyebutkan, pembiayaan yang dibutuhkan Indonesia dalam prosesi transisi energi, mencakup  pengakhiran dini operasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara serta membangun pembangkit energi terbarukan. PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau PT SMI  selaku  country platform energy transition mechanism (ETM) akan menjadi lembaga di bawah Kementerian Keuangan,   yang akan mengelola pendanaan terkait transisi energi di Indonesia.

Ada pun sumber pendanaan berasal dari  Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), komersial/INA sovereign wealth funds, Just Energy Transition Partnership (JETP),   filantropi, bilateral/multilateral development finance, climate finance, dan impact fund.. “Tidak mudah mendapatkan sumber pendanaan yang diperlukan. Ada term and condition  yang harus dipenuhi,” jelas Inka.

Luky Yusgiantoro: Indonesia Terkendala Mewujudkan Rasio Elektrifikasi dan Kualitas Kelistrikan

Sementara itu, Dewan Pengawas PYC Luky A. Yusgiantoro mengungkapkan bahwa Indonesia masih terkendala untuk mewujudkan pemenuhan rasio elektrifikasi dan kualitas kelistrikan di daerah tertinggal, terdepan,  dan terluar (3T).  Berdasarkan data  PT PLN (Persero), pada tahun 2020 terdapat 2.000 desa di Indonesia yang  belum tersentuh listrik, sehingga diperlukan perhatian lebih agar program elektrifikasi di daerah 3T dapat dipercepat dan angka rasio elektrifikasi  mencapai 100%. “Diperlukan inovasi untuk memaksimalkan potensi energi terbarukan dan penanganan  permasalahan kelistrikan di Indonesia,” kata Luky.

Pada kesempatan itu, Luky juga memaparkan tetang  hasil penelitian terbaru PYC mengenai Perdagangan Listrik  Sistem Peer-to-Peer yang menggunakan teknologi blockchain sebagai solusi berkelanjutan bagi masyarakat.  “Pameran proyek ini bertujuan untuk menghadirkan solusi yang merevolusi pasar listrik di Indonesia dengan penerapan teknologi blockchain dan panel surya,” kata dia.

PYC, lanjut Luky,  juga berkolaborasi dengan Blockchain and Climate Institute dari Inggris dalam mengembangkan simulasi sistem transaksi listrik berbasis panel surya di  Gumelar, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah  dan di Kariangau, Balikpapan Barat, Provinsi Kalimantan Timur.  “Kami mensimulasikan platform terdesentralisasi yang memungkinkan perdagangan energi langsung antara produsen dan konsumer (prosumer) dalam mobile application,” ujar Luky.

Sementara itu, Wakil Presiden Eksekutif Energi Terbarukan PT PLN Zainal Arifin mengapresiasi  simulasi proyek Perdagangan Listrik Sistem Peer-to-Peer sebagai sebuah  inovasi yang perlu dipertimbangkan dan tidak dilarang  pemerintah.  Zainal mengatakan, langkah selanjutnya adalah  studi lebih lanjut terkait keuntungan dan kerugian, serta kesiapan masyarakat Indonesia menggunakan  model transaksi ini.

“Target emisi nol bersih yang sudah disepakati negara-negara di dunia membutuhkan komitmen dan aksi yang nyata agar dapet tercapai. Kolaborasi dari berbagai stakeholders penting untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Oleh sebab itu, berbagai inovasi yang dapat mempercepat pengaplikasian energi terbarukan, termasuk sistem transaksi listrik, perlu dikembangkan secara berkelanjutan,” kata Zainal.

Post Views: 245
Tags: Purnomo Yusgiantoro Center (PYC)
Previous Post

Cow Play Cow Moo Kini Hadir di Indonesia

Next Post

Coex dan KITA Kembali Gelar Pameran JIPREMIUM di JCC

Next Post
Coex dan KITA Kembali Gelar Pameran JIPREMIUM di JCC

Coex dan KITA Kembali Gelar Pameran JIPREMIUM di JCC

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BISNIS TERKINI

Bank Saqu Gelar Roadshow Solopreneur Academy 2025 di Bandung, Rangkul Komunitas Kreatif Lokal

Bank Saqu Gelar Roadshow Solopreneur Academy 2025 di Bandung, Rangkul Komunitas Kreatif Lokal

30 Juni 2025

Redmi Pad 2 Siap Hadir di Indonesia Mulai 4 Juli 2025

Redmi Pad 2 Siap Hadir di Indonesia Mulai 4 Juli 2025

1 Juli 2025

AFTECH & HukumOnline Sosialisasikan Sistem Pengecekan Kepatuhan Online dan Dorong Penguatan Implementasi Perlindungan Data Pribadi

AFTECH & HukumOnline Sosialisasikan Sistem Pengecekan Kepatuhan Online dan Dorong Penguatan Implementasi Perlindungan Data Pribadi

1 Juli 2025

Sampoerna University dan Thunderbird Soroti Masa Depan ASEAN dan Tantangan ESG

Sampoerna University dan Thunderbird Soroti Masa Depan ASEAN dan Tantangan ESG

30 Juni 2025

Semen Merah Putih dan Karyawan Perbaiki Fasilitas SLB, Peduli Pendidikan Inklusif

Semen Merah Putih dan Karyawan Perbaiki Fasilitas SLB, Peduli Pendidikan Inklusif

30 Juni 2025

PT. Media Maju Global

Plaza Simatupang Lt .6 Unit 3 Jl. TB Simatupang Kav. IS No. 01 Kel. Pondok Pinang, Kec. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310.

Telp: 021-22702245
Handphone: 0816.900315
E-mail: redaksi@businessasia.co.id

Kategori

  • Berita
  • Business
  • Daerah
  • Ekonomi
  • Figure
  • Indeks
  • Internasional
  • Kesehatan
  • Lifestyle
  • Nasional
  • Otomotif
  • Property
  • Teknologi
  • Tourism

.

  • About
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Privacy Policy
  • Cyber Guidelines
  • Pedoman Media Siber

About

Kehadiran Majalah BusinessAsia Indonesia yang memiliki Tagline Towards a New Change in Asia atau “Menuju Perubahan Baru di Asia” khususnya Indonesia  bertujuan untuk memastikan langkah mereka kokoh menapaki dinamika ekonomi bisnis dan investasi yang kian berkembang. Baca selengkapnya.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Business
  • Figure
  • Teknologi
  • Lifestyle
  • Internasional
  • Indeks
  • e-Magazine

Majalah terbatas

1. DPMPTSP Kota Tangsel Raih Penghargaan
Pelayanan Prima dari Kemenpan RB.

2. Jebakan Crazy
Rich Pikat Pelanggan Ikut Trading Binary
Option.

3. Eksportir Indonesia
Perluas Jejaring
dengan Buyers di AS

shop new Emagazine