Perum Jasa Tirta I (PJT I) merupakan salah satu BUMN yang ditugaskan pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air. Ada lima wilayah kerja PJT I yaitu wilayah Sungai Brantas, Sungai Bengawan Solo, Sungai Serayu Bogowonto, Sungai Jrantuseluna, dan Sungai Toba Asahan.
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan PJT I antara lain pengelolaan daerah tangkapan hujan, pengelolaan lingkungan sungai, pengelolaan kualitas dan kuantitas air, pengolaan prasarana sumber daya air dan pengelolaan banjir.
Salah satu layanan pokok perusahaan diantaranya adalah penyediaan air baku. Pasalnya air merupakan hulunya pertumbuhan ekonomi, sebab industri bisa tumbuh karena air, pertanian membutuhkan air irigasi, dan orang bisa hidup karena ada air.
“Permasalahan air ada tiga. Pertama, air tidak boleh terlalu banyak. Kedua, air tidak boleh terlalu sedikit. Ketiga air tidak boleh terlalu kotor,” ungkap Manajer Utama Keuangan, Perencanaan, Manajemen Risiko dan Teknologi, Zainal Alim
Zainal menyampaikan, sebelum proses digitalisasi, proses pemantauan banjir dilakukan secara manual. Bahkan ada sistem banjir piket 24 jam untuk memantau debit air. “Setelah ada teknologi, kita bisa langsung menerima di handphone informasi kondisi air di DAS Sungai Brantas, Bengawan Solo sampai Sumatera Utara,” tuturnya.
Selain debit air, curah hujan dan lain-lain, kualitas air juga termonitor sehingga jika ada pencemaran pihaknya bisa mendeteksi secara dini. Semua data tersebut terpantau di satu ruangan Command Center.
“Tak hanya memantau, kita juga bisa memprediksi lima hari yang akan datang debitnya berapa, kualitas airnya berapa, lima hari yang akan datang cukup nggak untuk irigasi. Kita mengelaborasi data dari BMKG dengan data yang kita miliki. Kalau dulu kita hanya bisa meng-capture data saja, tetapi tidak bisa mengolah data,” terang Zainal.
Dua penghargaan IDIA yang diterima PJT I ini menjadi motivasi kepada perusahaan untuk selalu berupaya menerapkan teknologi informasi dan Internet of Thing (IoT) dalam seluruh aspek untuk semakin meningkatkan pelayanan.
Pengembangan teknologi dan transformasi digital terus dilakukan PJT I dari segala aspek. Penerapan digitalisasi dan IoT di PJT I ini memiliki sejarah yang cukup panjang.
Prasetyo Adi Nugroho, Kepala Sub Divisi Pengembangan Teknologi dan Informasi PJT I menyampaikan, bahwa sebelum tahun 2016 sudah ada beberapa layanan, utamanya terkait pengukuran/telemetri. Pada 1990 ada peralatan telemetri yaitu Flood Forecasting Warning System (FFWS) bantuan dari Jepang untuk pengendalian banjir di wilayah Sungai Brantas.
“Namun seiring berjalannya waktu maintenance-nya agak susah karena suku cadangnya sudah tidak diproduksi lagi. Sehingga kami berupaya mengubah sistem tersebut dengan teknologi yang ada,” jelas Prasetyo.
Pada 2002 PJT I sudah mulai menggunakan sistem online monitoring menggunakan telepon line untuk melengkapi FFWS. Selanjutnya pada 2012, PJT I mengembangkan sistem pemantauan berbasis web dan mulai menggunakan teknologi GSM untuk meningkatkan pemantauan hidrologi wilayah sungai.
Pada tahun 2019, PJT I memiliki Command Center, yang menjadi ruangan pengelolaan data terpusat dan menjadi titik awal pengelolaan secara digital dimana ada terdapat perubahan dari sistem analog menjadi sistem digital.
“Pada 2019 inovasi kita tidak hanya terkait sumber daya air namun juga di keuangan dengan menggunakan SAP. Pada 2020 terus berkembang penggunaan aplikasi maupun teknologi terkini di PJT I,” imbuhnya.
Setahun kemudian, PJT I mengimplementasikan Disaster Recovery Center (DRC) untuk meminimalisir potensi downtime dan kehilangan data dengan pemulihan aplikasi berbasis cloud secara realtime dan reliable.
“Sistem pengelolaan sumber daya air tersebut kami sebut dengan Smart Water Management System yang dimulai pada 1990 hingga 2020. Nanti pada 2026 harapan kita bisa mencapai Autonomous Water Resource Infrastructure Operation,” terang Prasetyo.
Smart Water Management System memonitor data berupa volume tampungan waduk, sedimentasi waduk, curah hujan, tinggi muka air, debit, kualitas air, dan keamanan bendungan. “Sensor yang digunakan bermacam-macam tergantung penggunaan seperti sensor pressure dan ultrasonic untuk pemantauan water level,” imbuhnya.
Transformasi teknologi 4.0 dengan mengutamakan IoT, big data, dan proses cloud computing mampu mengefektifkan proses pemantauan serta pengambilan keputusan manajemen terkait kondisi hidrologi di seluruh wilayah kerja PJT I.