Sidang terbuka program doktoral Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sahid (USahid) Jakarta pada Kamis (21/12/2023) terbilang istimewa. Sebab sidang terbuka terebut dihadiri langsung oleh Prof Dr Nugroho B Sukamdani, MBA, Ketua Yayasan sekaligus pemilik dari Sekolah Pasca Sarjana USahid.
Bukan tanpa alasan putra dari pengusaha kakap alm Prof Dr Sukamdani Sahid Gitosardjono itu hadir pada sidang terbuka promosi doktor. Pada hari itu, sidang terbuka promosi doktor menghadirkan promovendus yang juga terbilang istimewa.
Berlangsung di ruang Serbaguna Sekolah Pasca Sarjana USahid Jakarta di Jl Jend Sudirman, Jakarta Pusat, Sidang Terbuka Promosi Doktor menghadirkan promovendus yang sudah berusia 73 tahun. Ia adalah Ir Supandi, MM, pria kelahiran Sumedang, bulan Agustus tahun 1950.
Siang itu, Prof Dr Nugroho B Sukamdani, MBA hadir sebagai penguji kehormatan. Tak setiap sidang terbuka promosi doktor, ia berkenan hadir. “Pak Supandi harus menjadi spirit bagi kita semua bahwa proses belajar itu tidak mengenal usia,” kata Nugroho yang menjadi penguji pertama dalam sidang terbuka promosi doktor dengan promovendus Supandi.
Supandi tak sekadar promovendus yang sudah berusia 73. Ia bahkan tercatat sebagai lulusan pertama dan tercepat di angkatannya. “Pak Supandi merupakan lulusan pertama dan tercepat di angkatannya,” kata Dr Mirza Ronda, MSi, promotor.
Setelah berhasil mempertahankan disertasi bertajuk “Adopsi Inovasi dalam Pengembangan Desa Wisata: Studi Kasus pada Dewi Manggung Subang Selatan” di hadapan para penguji, Ketua Sidang yang juga Rektor Sekolah Pasca Sarjana USahid Jakarta Dr Marlinda Irwanti P, MSi menyatakan bahwa Ir Supandi, MM lulus dengan predikat Sangat Memuaskan dan berhak menyandang gelar Doktor Komunikasi.
Sebelumnya, katanya, sudah ada dua Doktor yang lulus di atas usia 70 tahun. Seorang di antaranya bahkan sudah berusia 80 tahun. “Hal ini menegaskan bahwa pendidikan itu tidak mengenal usia, dari buaian sampai ke liang lahat,” katanya. Pendidikan, kata Marlinda, bukan soal gelar. Lebih dari itu, pendidikan adalah sebuah proses dalam kehidupan. Lewat pendidikan, pola pikir atau mindset akan terus diasah dan terus berubah.
Menurut Marlinda, sebagian besar mahasiswa program doktoral di USahid adalah pengajar atau dosen. Sebab syarat menjadi dosen saat ini harus menempuh program pendidikan S3 atau doktoral. Karena itu ia sangat mengapresiasi Supandi. “Pertama ia (Supandi) bukan dosen dan tidak sedang menduduki jabatan fungsional. Lalu, background pendidikan sebelumnya bukan komunikasi. S-1 nya justru Teknik Metalurgi dan S2-nya Ekonomi. Terakhir, semangatnya untuk menempuh pendidikan lanjutan yang luar biasa. Karena itu sebagai Direktur sekaligus Rektor, saya sangat mengapresiasi Pak Supandi,” terangnya.
Saat ditemui, Supandi sendiri merasa bersyukur atas raihan gelar Doktor Komunikasi yang hari itu diraihnya. “Tidak ada kata yang tepat selain mengucap syukur kepada Allah SWT bahwa di usia sekarang yang tidak muda lagi, saya masih diberi kesempatan untuk meraih gelar doktor yang merupakan gelar akademis tertinggi,” kata Dr Ir Supandi, MM.
Sebagai umat beragama, katanya, belajar merupakan kewajiban umat manusia. “Saya hanya menjalankan perintah agama. Saya tidak mengejar hal lainnya lagi di usia sekarang ini. Belajar merupakan sebuah proses yang tidak mengenal kata henti dalam hidup. Dan belajar bukan harus ditempuh melalui pendidikan formal seperti ini, tetapi juga bisa belajar dari pengalaman hidup,” katanya.