Pekanbaru, Bisnis Asia – Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Wilayah Riau, Ir. Ulul Azmi, ST., CST., IPM., ASEAN Eng., menyatakan sikap tegas mendukung langkah pemerintah dalam penyelamatan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).
Menyikapi kompleksitas permasalahan di kawasan tersebut mulai dari perambahan, konversi hutan menjadi kebun ilegal, hingga lemahnya sistem pengawasan.
PII Riau menyerukan pentingnya sinergi nasional lintas sektor untuk mengembalikan fungsi ekologis TNTN sebagai kawasan konservasi strategis.
“TNTN adalah warisan ekologis nasional yang tidak bisa diselamatkan dengan pendekatan biasa,” ujarnya.
“Diperlukan keberanian pemerintah, keterlibatan masyarakat, dan kontribusi teknologi dari kalangan profesional, termasuk insinyur.”
Ulul Azmi menyampaikan dukungan penuh terhadap upaya pemerintah pusat dan daerah.
Selain itu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Gubernur Riau, Kapolda Riau, Balai TNTN, serta jajaran Forkopimda yang telah membentuk Satgas TP4 (Tim Percepatan Pemulihan dan Penataan Kawasan).
Mereka diharapkan menata ulang kawasan TNTN secara terintegrasi.
Satgas ini telah melakukan berbagai langkah nyata: penertiban lahan sawit ilegal, pembongkaran pondok perambah, hingga penindakan terhadap siapapun yang terlibat dalam perbuatan ilegal.
Langkahnya termasuk aktor intelektual yang selama ini berada di balik perusakan kawasan.
“Kami mengapresiasi sinergi antara KLHK, aparat penegak hukum, dan pemerintah daerah yang menunjukkan keseriusan negara hadir dalam menyelesaikan persoalan TNTN,” ucapnya.
“Ini harus terus didorong secara sistematis, dengan dukungan teknologi dan tata kelola ilmiah.”
Menurut PII Riau, TNTN tidak hanya menghadapi kerusakan ekologis, tetapi juga krisis tata kelola, konflik sosial, serta tantangan teknis dalam pemulihan ekosistem.
Kawasan yang semestinya menjadi habitat gajah Sumatera ini telah berubah menjadi titik rawan deforestasi, alih fungsi lahan, dan ketimpangan sosial-ekologis.
“Pendekatan keinsinyuran harus hadir untuk menjembatani antara aspek perlindungan lingkungan, pembangunan berkelanjutan, dan rekonsiliasi sosial masyarakat sekitar kawasan,” ujar Ulul Azmi.
Sebagai bentuk kontribusi nyata, PII Wilayah Riau menawarkan pendekatan multidisipliner untuk mendukung pemulihan TNTN.
Langkah ini seperti audit infrastruktur konservasi dan zonasi kawasan melalui evaluasi teknis jalur patroli, pos pengawasan, serta tata zonasi berbasis geospasial.
Kemudian, penerapan teknologi pemantauan berbasis drone, AI, dan citra satelit untuk deteksi dini perambahan dan perlindungan satwa.
Selanjutnya, penyusunan roadmap rekayasa ekologis berbasis data ilmiah dan konservasi vegetasi endemik.
Berikutnya, mendorong kawasan edukasi konservasi untuk akademisi, mahasiswa, dan komunitas lokal.
Terakhir, pembentukan forum kolaborasi multipihak antara pemerintah, insinyur, akademisi, tokoh adat, pelaku usaha, dan LSM.
Ulul Azmi menegaskan, penyelamatan TNTN tidak hanya soal lingkungan, tetapi soal integritas kebangsaan.
Sebuah bangsa tidak akan maju jika membiarkan warisan ekologisnya musnah di depan mata.
“Keinsinyuran adalah kegiatan teknik dengan menggunakan kepakaran dan keahlian berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya guna secara berkelanjutan dengan memperhatikan keselamatan, kesehatan, kemaslahatan, serta kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan,” ujarnya.