Indonesia berperan penting untuk mengurangi emisi karbon. Pasalnya, negeri ini mempunyai sekitar 20 persen dari total populasi mangrove di seluruh dunia. Demikian diutarakan oleh Rektor Universitas Pertamina (UPER), IGN Wiratmaja Puja di Simposium Blue Carbon Pertamina Foundation dengan tema “The Role of Blue Carbon in REDD+ and NDC” yang diadakan di Kampus UPER pada Senin (19/12/2022) di Jakarta.
Menurut Wirat, sapaan Wiratmaja Puja, Blue Carbon Initiative yang dijalankan Pertamina Foundation memiliki peran penting dalam menekan emisi karbon pada daerah-daerah pesisir pantai. “Jadi Indonesia ini perannya harus besar sekali. Karena itu Universitas Pertamina men-support Pertamina Foundation dalam menjalankan program ini. Kami dari sisi kampus tentu menyediakan ahli-ahli dan pada hari ini mengumpulkan berbagai ahli, lalu dari pemerintahan serta praktisi untuk berdiskusi bersama dalam simposium ini. Semoga nanti hasilnya bisa kita rekomendasikan ke pemerintah,” papar Wirat.
“Simposiun ini levelnya internasional, jadi kita membangun jejaring network internasional supaya peran Indonesia sangat dominan di dalam blue carbon,” pungkasnya.
Jamak diketahui, saat Deklarasi Bali pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 November lalu, para pemimpin dunia telah berkomitmen untuk mengatasi masalah perubahan iklim yang terjadi di dunia. Indonesia sendiri telah berkomitmen kepada masyarakat dunia untuk mencapai netral karbon pada tahun 2060 mendatang.
Dalam upaya menuju net zero emission tersebut, Pertamina Foundation siap mendukung Pertamina untuk melakukan langkah nyata demi menekan emisi karbon, salah satunya lewat program Blue Carbon Initiative.
Program ini merupakan bagian dari Nature Based Solution/Solusi Berbasis Alam, yaitu sebuah solusi yang mengacu pada pengelolaan dan penggunaan alam yang berkelanjutan untuk mengatasi tantangan sosial dan lingkungan.
Menurut Presiden Direktur Pertamina Foundation Agus Mashud S. Asngari, kegiatan simposium ini juga sebagai kontribusi Pertamina dalam mendukung capaian Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.
“Lewat Blue Carbon Initiative ini, kita sangat peduli misalnya terhadap ekosistem mangrove, pohon-pohon daratan, ataupun hutan kita yang sangat berperan penting untuk jangka panjang dalam rangka (menuju) net zero emission,” katanya.
Agus menguraikan, ada empat project yang dikerjakan Pertamina Foundation terkait Blue Carbon Initiative ini. Pertama, melakukan penanaman mangrove di Hutan Pertamina yang berada di Bontang, Kalimantan Timur. Kedua, menghijaukan Hutan Pertamina-UGM yang ada di Blora, Jawa Tengah dengan pohon terestrial. Ketiga, mengadakan konservasi hiu paus yang ada di Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Papua Barat. Serta yang keempat juga melakukan konservasi hiu paus yang ada di Lembata, Nusa Tenggara Timur.
Lebih jauh Agus mengutarakan, terdapat empat project yang dijalankan Pertamina Foundation obyektifnya merupakan antisipasi terhadap kondisi climate change yang terjadi di bumi, di mana biodiversitas alam pada lokasi project terus dijaga lewat kegiatan konservasi. Di samping itu, Agus mengungkapkan masyarakat yang berada di sekitar juga turut diberdayakan dalam project yang dilakukan.
Dalam menggaungkan program Blue Carbon Initiative yang dijalankannya, Pertamina Foundation menggandeng Universitas Pertamina untuk menyelenggarakan simposium berskala internasional. Dalam simposium selama sehari tersebut hadir beberapa pembicara ahli seperti Carlo Carlos dari ASEAN Centre for Biodiversity, Novi Susetyo Adi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Aan J. Wahyudi serta Frida Sidik dari BRIN, hingga Professor Catherine E. Lovelock dari School of Biological Sciences, The University of Queensland.