PT Pegadaian yang berusia 123 tahun telah berulang kali mengalami perubahan secara corporate dan culture. Dari sisi transformasi digital, Pegadaian telah mengembangkan berbagai inovasi digital dan pemanfaatan artificial intelligence (AI) dengan tata kelola yang baik untuk mendukung jalannya bisnis perusahaan.
Pegadaian yang memiliki visi, “Menjadi the most valuable financial company di indonesia dan sebagai agen inklusi keuangan pilihan utama masyarakat,” memiliki jaringan yang luas di seluruh Indonesia. Pegadaian memiliki 12 regional office, 61 area office, 4.092 outlet, dan 24,9 juta pelanggan.
Kepala Divisi Strategi, Arsitektur, dan Perencanaan Teknologi Informasi Pegadaian, Supriyanto mengatakan bahwa Pegadaian selain menjalankan bisnis utama di bidang gadai, juga melahirkan produk-produk baru yang kekinian. Untuk itu, Pegadaian mengedepankan transformasi digital melalui tata kelola yang baik.
Menurut Supriyanto, Pegadaian telah mencanangkan transformasi digital sejak 2018 dengan fokus mendigitalisasikan proses bisnis. Selanjutnya, Pegadaian mulai memanfaatkan teknologi AI dan membentuk sistem yang baru untuk mengakselerate transformasi digital. “Continuous improvement telah menjadi culture-nya Pegadaian,” papar Supriyanto saat penjurian Indonesia Digital Innovation & Achievement Awards (IDIA) 2024, yang diselenggarakan oleh Business Asia Indonesia.
Lebih lanjut Supriyanto menjelaskan bahwa secara IT Cobit Maturity 2019, tata Kelola framework Pegadaian mulai dari perencanaan sampai operasional, mitigasi risiko, human capital, dan cyber security mendapat score 4,66 dari score tertinggi 5. “Cyber security maturity terus kita tingkatkan menggunakan NIST Framework untuk melihat seberapa jauh cyber security pegadaian kita jalankan,” imbuhnya.
Pada 2019, Kementerian Perindustrian meluncurkan INDI 4.0 merupakan sebuah indeks acuan yang digunakan oleh industri dan pemerintah untuk mengukur tingkat kesiapan industri menuju Industri 4.0. “Untuk penilaian INDI 4.0, Pegadaian pada akhir 2024, mungkin satu-satunya national lighthouse untuk financial company dengan skor 3.52. Pada 2023 pegadaian menjadi pencontohan proses INDI 4.0,” terangnya.
Lebih lanjut Supriyanto menjelaskan bahwa Pegadaian telah melakukan banyak hal untuk menyiapkan Gold Ecosystem. Salah satunya dengan mengadopsi teknologi-teknologi baru untuk mendukung bisnis dan layanan-layanan baru Pegadaian.
Fokus lain adalah pemanfaatan data analytic dengan mengadopsi teknologi-teknologi Gen Z seperti graph analytic untuk mendeteksi fraud dan hubungan antara costumer atau individual. “Prosesnya bisa near real time, jadi dari transaksi yang ter-generate, kita bisa langsung mengetahui bahwa ini ada potensi fraud atau tidak,” tuturnya.
Pegadaian memanfaatkan data analitik ini untuk mengenerate revenue dan mengefisienkan operasional bisnis. Menurutnya, tranformasi digital di Pegadaian membutuhkan dukungan pemanfaatan data dengan tata Kelola yang baik dan memberikan dampak ke bisnis.
Terkait implementasi AI, Pegadaian mengedepankan etika standar dalam penggunaan AI untuk mendukung bisnis melalui tata kelola yang baik. Pemanfaatan data dan analitik memiliki potensi dan hal-hal yang harus dimitigasi terkait kebocoran data atau privasi data, karena itu harus diperkuat pengamanannya.
Supriyanto menyampaikan bahwa pemanfaatan AI dan data analytics telah memberikan impact pada bisnis pegadaian. Misalnya, pemanfaatan recommendation campaigns bisa memberikan akurasi data yang lebih baik. Selain bisa mendeteksi fraud, implementasi Ai juga menurunkan credit risk scoring karena berdampak langsung ke non performing loan (NPL) yang berada di bawah 2%.
“Pemanfaatan AI juga meningkatkan loan to value (LTV). Untuk costumer yang biasa-biasa saja, value barang yang digadai itu 90 %, dengan data analitik ada beberapa costumer yang payment dan karaternya bagus bisa kita berikan hingga 95%,” terangnya.
Dari sisi internal adopsi AI bisa dimanfaatkan untuk ITOps & monitoring. Untuk Gen Z Technology, pegadaian membangun private cloud untuk membangun database as a service dan openAPI environment untuk berinteraksi membangun ekosistem dengan pihak ketiga.
Pegadaian juga membangun corporate culture yang dihubungkan langsung dengan business impact. Untuk mendukung corporate culture tersebut dibutuhkan digitalisasi yang memudahkan pekerjaan. Pegadaian telah membangun employee services, front line service, performance monitoring dan corporate support dalam rangka memapingkan corporate culture yang didukung teknologi.
Dalam rangka meningkatkan engagement employee, Pegadaian melaksanakan beberapa program terkait digitalisasi. Misalnya Pegadaian Innovation Award yang sudah dilaksanakan selama 10 season, untuk mengakomodir ideation dari lapangan dari seluruh karyawan. “Untuk apresiasi karyawan ada Pegadaian Excellent Award dalam rangka memberikan apresiasi terhadap kinerja karyawan,” imbuh Supriyanto.
Pegadaian juga membangun risk culture yang merupakan nilai, keyakinan pengetahuan dan pemahaman tentang risiko yang dimiliki bersama insan pegadaian untuk sebuah tujuan perusahaan. Risk culture ini memiliki enam framework yaitu technology & infrastucture, talent management, communication, leadership, governance & organization, serta consistent operating norm. “Risk culture ini memberikan keyakinan dan komitmen bahwa pertumbuhan yang baik harus didukung dengan mitigasi risiko yang baik,” terangnya.
Pegadaian juga bersiap mengadopsi Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDP) melalui Privacy Management Framework (PMF) yang akan dijalankan dengan keamanan data yang termitigasi dengan baik.