“Kita lihat bahwa memang diversity kepemimpinan saat ini, sifatnya mandatory. Kalau dilihat dari sisi energi, cara berpikir yang lebih terbuka, ada di milenial. Kemudian dari sisi empathy dan nurturing, karakter tersebut ada di perempuan. Sehingga komposisi yang variatif ini menjadi nilai tambah bagi organisasi.” Ketua FHCI BUMN, Alexandra Askandar.
Forum Human Capital Indonesia (FHCI) BUMN terus mendorong transformasi BUMN dalam mendukung peran talenta muda potensial melalui berbagai program yang dicanangkan. Tentu, hal ini sesuai dengan visinya sebagai forum pembelajaran human capital di Indonesia, khususnya di lingkungan BUMN agar berdaya saing global.
“Untuk mencapai visi tersebut diperlukan internalisasi core value AKHLAK (amanah, kompeten, harmonis, loyal, adaptif dan kolaboratif) BUMN sebagai kunci dalam mengimplementasikan semua program guna mendorong transformasi BUMN.” ujar Ketua FHCI Alexandra Askandar.
Menurutnya, saat ini perlu untuk membangun kepemimpinan dengan berbagai program strategis. Ini juga dilakukan FHCI sebagai mitra strategis Kementerian BUMN dalam transformasi dan pengembangan human capital di BUMN.
“Berkolaborasi dengan BUMN Leadership & Management Institute (BLMI), kita punya Program Onboarding Commissioner dan Onboarding Directorship. Program ini akan kontinyu, dan penunjukkan BOC ataupun BOD harus melalui program ini untuk memastikan peran tugas dan tanggung jawabnya.” ujar Alexandra.
Di sisi lain, menurut Alexandra, talent mobility juga menjadi fokus FHCI ke depan. Sehingga hal ini menjadi PR bagi FHCI untuk mengkaji bagaimana agar talent-talent BUMN, khususnya yang muda mau ditempatkan di BUMN yang relatif masih kecil.
“Buat talent-talent ini, exposure juga penting. Kalau mereka ada di suatu BUMN yang semuanya sudah in place, sudah settle, sudah established, maka daya juangnya pasti akan berbeda. Jadi ketika mereka ditempatkan di sana maka, itu akan men-challenge mereka bagaimana menyusun strategi yang tepat untuk tetap survive.” tandasnya.
FHCI memiliki lima bidang dalam struktur organisasinya, dimana salah satunya adalah bidang research and policy dengan fokus menghasilkan kajian untuk menjadi masukan bagi Kementerian BUMN. Salah satu topik yang sedang dikaji adalah kebijakan mengenai talent mobility antar BUMN.
“Dengan adanya hal ini, secara bertahap dan berkesinambungan gap di antara BUMN satu dengan yang lainnya tersebut akan semakin kecil. Jadi, kebijakan dari kajian yang kami susun ini, akan kami sounding ke Kementerian BUMN, diharapkan nantinya dapat diimplementasikan menjadi kebijakan di masing-masing BUMN,” pungkas wanita yang juga merupakan Wakil Direktur Utama Bank Mandiri ini.
Lebih lanjut, dalam bidang research and policy juga terdapat platform knowledge management, sehingga success story dari perusahaan BUMN yang telah berkiprah dan berkinerja baik dapat dicontoh oleh perusahaan BUMN lainnya.
Rumah BUMN, Ruang BUMN Muda Jadi CEO dan CFO
Kementerian BUMN terus membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), salah satunya dengan membentuk Rumah BUMN. Adapun Rumah BUMN merupakan penguatan dari Rumah Kreatif BUMN yang bertujuan membina Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Tujuan utama dari Rumah Kreatif BUMN tersebut adalah untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas UMKM, sehingga dapat terwujudnya UMKM yang berkualitas.
Sekretaris Jenderal FHCI Dharma Syahputra mengatakan bahwa Rumah BUMN ini diisi oleh para talent BUMN Muda yang dibentuk untuk menjadi Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO) yang turut mengembangkan dan membina UMKM.
“Disini CEO dan CFO dituntut membangun hal tersebut. Ini merupakan projek yang nyata untuk membentuk kemampuan dalam membangun stakeholder management, menyelaraskan kepentingan BUMN dengan yang ada di lapangan.” Ujar Dharma dalam kesempatan yang sama.
“Dengan adanya program FHCI ini, maka dapat menjadi ruang terbuka bagi talent-talent muda kita untuk mengembangkan exposure dalam memimpin dengan benar satu fungsi ini,” sambungnya.
Sentralisasi pengembangan human capital di BUMN saat ini dilakukan secara terintegrasi dan berkesinambungan, khususnya untuk Pengembangan Leadership di BUMN. Tujuannya agar setiap BUMN dapat bersama-sama tumbuh secara sehat dan progresif, sehingga semua direksi dan komisaris BUMN mampu memimpin BUMN dan melakukan transformasi dengan lebih cepat.
Sekilas tentang Alexandra Askandar
Alexandra Askandar, wanita kelahiran Medan, 9 Januari 1972 ini meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Indonesia. Kemudian melanjutkan pendidikan Master of Business Administration (MBA) di Boston University.
Sebelum mengemban amanah sebagai Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Alexandra pernah menjabat sebagai Direktur Corporate Banking (2019 – 2020) dan Direktur Hubungan Kelembagaan (2018 -2019).
Sebelumnya, ia juga pernah menduduki sejumlah posisi yang cukup penting, yakni sebagai Senior Executive Vice President Corporate Banking (2016 – 2018) dan Senior Vice President Corporate Banking V Group (2015 – 2016).
Saat ini, Alexandra Askandar terpilih sebagai Ketua Umum FHCI periode 2021-2024, berdasarkan Rapat Anggota Tahunan FHCI 16 Maret 2021 lalu. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan penunjukan Alexandra merupakan bagian dari usahanya untuk memperbesar komposisi pimpinan wanita di perusahaan milik negara. (EA)
Baca Juga : Ketua FHCI : Keberagaman Gender Beri Nilai Tambah bagi BUMN